BAB 1
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun, bangsa Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan negara lain yang sudah lebih maju. Di bidang kesehatan, bangsa Indonesia masih harus berjuang memerangi berbagai macam penyakit infeksi dan kurang gizi yang saling berinteraksi satu sama lain menjadikan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia tidak kunjung meningkat secara signifikan.
Tingginya angka kesakitan dan kematian Ibu dan Anak Balita di Indonesia sangat berkaitan dengan buruknya status gizi. Ironisnya, dibeberapa daerah lain atau pada sekelompok masyarakat Indonesia yang lain terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi; meledaknya kejadian obesitas di beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan terus menerus dan bukan merupakan isapan jempol belaka. Jika ini dibiarkan terus menerus, makin banyak penduduk yang menngalami penyakit bahkan meninggal akibat masalah gizi ini. Untuk itu , disini penulis membahas mengenai isu-isu mengenai masalah gizi yang ada di Indonesia.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah Apa saja isu-isu mengenai masalah-masalah gizi yang terdapat di Indonesia?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Dasar Ilmu Gizi yang diberikan dosen yang bersangkutan serta memberitahukan dan menjelaskan apa-apa saja isu-isu mengenai masalah gizi utama di Indonesia.
4. Manfaat Penulisan
1. Dapat menjelaskan dan mengetahui apa saja permasalahan gizi yang sedang terjadi di Indonesia.
2. Mengetahui penyebab, faktor, serta jenis-jenis penyakit yang menyebabkan terjadinya masalah gizi di Indonesia.
5. Metode Penelitian
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan dengan mencari referensi dari berbagai sumber terpercaya di internet.
BAB II
ISI
1. Tingginya Gizi Buruk di Indonesia
Gizi buruk adalah keadaan dimana kurang gizi yang disebabkan karena asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama.Gizi buruk dapat dinyatakan bila berat badan dan umur tidak sesuai selama 3 bulan berturut-turut.dan tidak ditandainya dengan bahaya. “Otak kosong” akan dialami anak dibawah usia dua tahun yang kekurangan gizi,sehingga kecerdasannya rendah dan demikian pula dengan produktivitasnya ,hal itu terlihat dari penampang lintang otak kurang gizi dibandingkan anak yang cukup gizinya.dan akibat dari semua itu pada giliranya akan mengahsilkan pekerja kasar yang tidak berpenghasilan tinggi dengankata lain miskin,yang tidak mampu memberikan makanan bergizi pada anaknya sekaligus siklus akan terulang kembali.
Hingga kini Indonesia masuk dalam lima besar untuk kasus gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp700 miliar per tahunnya.Saat ini kemenkes memrioritaskan penanggulangan gizi buruk di enam provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, NTB dan NTT. Enam provinsi itu diprioritaskan karena masih banyaknya kasus gizi buruk ditemukan. Secara nasional, diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta balita atau 900 ribu balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk.Meski demikian, Menkes mengungkapkan bahwa angka prevalensi gizi kurang pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada tahun 2010.Menkes juga menyatakan Indonesia berhasil menanggulangi masalah gizi mikro dimana defisiensi vitamin A sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat serta gangguan akibat kekurangan yodium makin berkurang. Secara umum adapun penyebab langsung dari gizi buruk adalah :
1. Penyapihan yang terlalu dini
2. Kurangnya sumber energi dan protein di dalam makanan TBC
3. Anak yang asupan gizinya terganggu akibat penyakit bawaan seperti jantung
Sedangkan Penyebab tidak langsungnya adalah :
1. Daya beli suatu keluarga yang rendah/ekonomi lemah
2. Kurang baiknya keadaan lingkungan disekitar rumah
3. Pengetahuan gizi yang kurang
4. Rendahnya perilaku kesehatan gizi terhadap suatu keluarga.
Sebanyak 4 juta anak Indonesia yang menderita kurang gizi terancam jatuh derajadnya ke gizi buruk, jika tidak mendapat penanganan menurut semestinya. Masalahnya, dari 700.000 penderita gizi buruk, kemampuan pemerintah menangani hanya 39.000 anak gizi buruk per tahun. Kondisi ini menjadi ancaman karena dari 250.000 Posyandu yang ada, tidak lebih dari 50 persen yang masih aktif.
Dalam mengatasi permasalahan gizi di Indonesia perlu dilakukan intervensi, salah satunya skala prioritas melalui investasi di bidang kesehatan, pendidikan dan sosial, khususnya ditujukan pada kelompok risiko tinggi, seperti keluarga miskin.Selain itu juga berbagai upaya pemberdayaan masyarakat terus dilakukan termasuk perubahan perilaku masyarakat sadar gizi
2. Anemia Gizi Besi di Indonesia
Anemia gizi besi ini timbul akibat kosongnya cadangan zat besi tubuh sehingga cadangan zat besi untuk eritropoesis berkurang yang menyebabkan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Prevalensi anemia gizi besi di Indonesia cukup tinggi. Menurut data yang dikeluarkan Depkes RI, pada kelompok usia balita prevalensi anemia gizi besi pada tahun 2001 adalah 47,0%, kelompok wanita usia subur 26,4%, sedangkan pada ibu hamil 40,1%.
Mengingat, 1 dari 2 orang di Indonesia beresiko anemia. Lebih memprihatinkan lagi, prevalensi anemia terjadi bukan hanya pada orang dewasa, namun juga sudah menyerang anak-anak.Penyebab anemia atau yang biasa disebut kalangan awam dengan penyakit kurang darah, selain kekurangan gizi juga adanya penyakit yang merusak sel darah merah. Selain itu, Prevalensi ibu hamil yang terkena anemia sekitar 40-50 persen, hal ini berarti 5 dari 10 ibu hamil mengalami anemia.
Anemia gizi besi biasanya ditandai dengan menurunnya kadar Hb total di bawah nilai normal (hipokromia) dan ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal (mikrositosis). Tanda-tanda ini biasanya akan menggangu metabolisme energi yang dapat menurunkan produktivitas. Penyebab anemia gizi besi bisa disebabkan oleh beberapa hal. Seperti kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, menderita penyakit ganguan pencernaan sehingga menggangu penyerapan zat besi. Terjadi luka yang menyebabkan pendarahan besar, persalinan, menstruasi, atau cacingan serta penyakit kronis seperti kanker, ginjal dan penyakit. Adapun dampak dari Anemia Gizi Besi (AGB) adalah :
a. Pada Anak-anak berdampak:
- Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
- Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
- Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun.
b. Dampak pada Wanita :
- Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
- Menurunkan produktivitas kerja.
- Menurunkan kebugaran.
c. Dampak pada Remaja putri :
- Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
- Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
- Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
- Mengakibatkan muka pucat.
d. Dampak pada Ibu hamil :
- Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
- Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 kg).
- Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.
AGB bisa diderita siapa saja, namun ada masa rentan AGB. Diantaranya pada masa kehamilan, balita, remaja, masa dewasa muda dan lansia.. Ibu hamil rentan terhadap AGB disebabkan kandungan zat besi yang tersimpan tidak sebanding dengan peningkatan volume darah yang terjadi saat hamil, ditambah dengan penambahan volume darah yang berasal dari janin. Wanita secara kodrat harus kehilangan darah setiap bulan akibat menstruasi, karenanya wanita lebih tinggi risikonya terkena AGB dibandingkan pria. Anak-anak dan remaja juga usia rawan AGB karena kebutuhan zat besi cukup tinggi diperlukan semasa pertumbuhan. Jika asupan zat besinya kurang maka risiko AGB menjadi sangat besar.
3. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium)
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu ditanggulangi secara sungguh-sungguh. Penduduk yang tinggal di daerah kekurangan iodium akan mengalami GAKI kronis yang menyebabkan pertumbuhan fisik terganggu dan keterbelakangan mental yang tidak dapat disembuhkan sehingga menjadi beban masyarakat. GAKI mengakibatkan penurunan kecerdasan dan produktivitas penduduk sehingga menghambat pengembangan sumber daya manusia. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (Iodine Deficiency Disorder) adalah gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan hormon tiroid. Definisi lain, GAKY merupakan suatu masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan Yodium, akibat kekurangan Yodium ini dapat menimbulkan penyakit salah satu yang sering kita kenal dan ditemui dimasyarakat adalah Gondok. Dimana akibat defisiensi iodium ini merupakan suatu spektrum yang luas dan mengenai semua segmen usia, dari fetus hingga dewasa. Dengan demikian jelaslah bahwa gondok tidak identik dengan GAKI.
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain :
a. Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
a. Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya
b. Faktor Geografis dan Non Geografis
GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.
c. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik
Dalam waktu tertentu GAKY dapat menyebabkan berbagai dampak terhadap pertumbuhan, dan kelangsungan hidup penderitanya diantaranya :
1. Terhadap Pertumbuhan
a. Pertumbuhan yang tidak normal.
b. Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme
c. Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan
d. Tingkat kecerdasan yang rendah
2. Kelangsungan Hidup
Wanita hamil didaerah Endemik GAKY akan mengalami berbagai gangguan kehamilan antara lain :
a. Abortus
b. Bayi Lahir mati
c. Hipothryroid pada Neonatal
Penyebab tingginya kasus GAKY adalah disebabkan karena beberapa hal diantaranya :
1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunkan garam beryodium
2. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan mamfaat garam beryodium
3. Garam Non Yodium masih banyak beredar ditengah masyarakat.
4. Adanya perbedaan harga yang relatif besar antara garam yang beryodium dengan garam non yodium.
5. Pengawasan mutu garam yodium belum dilaksanakan secara menyeluruh dan terus menerus serta belum adanya sangsi tegas bagi produksi garam non yodium.
6. Pendistribusian garam beryidium masih belum merata terutama untuk daerah-daerah terpencil.
4. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
- Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
- Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
- Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengonsumsikalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa),tekanan darah tinggi (hipertensi), stroke, serangan jantung (infark miokardium), gagal jantung, kanker kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar),batu kandung empedu dan batu kandung kemih, Gout dan artritis gout, serta osteoartritis.
Anak-anak yang mengalami obesitas dapat berisiko lebih besar mengidap penyakit jantung, diabetes dan gangguan akibat kelebihan berat badan lainnya dari yang terpikirkan. Fakta ini diketahui berdasarkan studi baru tentang dampak obesitas selama masa kanak-kanak dan perkembangan kesehatan di masa dewasa.Dibanding anak-anak dan remaja yang berbobot ideal, anak dengan obesitas lebih berisiko menderita gangguan kesehatan yang memicu penyakit jantung dan diabetes. Seperti, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan gula darah tinggi.
Di Indonesia terdapat 19,1 persen kasus obesitas pada penduduk berusia di atas 15 tahun. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia pada 2010, menunjukkan 27,7 juta jiwa penduduk Indonesia berusia di atas 18 tahun, mengalamiobesitas. Jumlah ini sama dengan 11,7 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia.
5. Kekurangan Energi Protein (KEP)
Kekurangan energi protein adalah keadan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari sehingga tidak memenuhi angaka kecukupan gizi. faktor-faktor penyebab kurang energi protein dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Primer
a) Susunan makanan yang salah
b) Penyedia makanan yang kurang baik
c) Kemiskinan
d) Ketidaktahuan tentang nutrisidan kebiasan makan yang salah
. 2.Penyebab Sekunder :
a) Gangguan pencernaan (seperti malabsorbsi, gizi tidak baik, kelainan struktur saluran).
b) Gangguan psikologis.
Kekurangan Energi Protein merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Keadaan ini banyak diderita oleh balita. Anak balita dengan KEP tingkat berat akan menunjukan tanda klinis kwaskiokhor dan marasmus. Masalah KEP sebenarnya hampir selalu berhubungan dengan masalah pangan. Berdasarkan data Susenas, dari 5 juta anak (27%), 3,6 juta anak (19,2 %) mengalami KEP. KEP disebabkan oleh multifaktor yang saling terkait sinergis secara klinis maupun lingkungannya. Pencegahan hendaknya meliputi faktor secara konsisten.
Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi KEP :
Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi KEP :
1. Mengendalikan penyakit-penyakit infeksi, khususnya diare, melalui :
a) Perbaikan sanitasi, personal, lingkungan, terutama makanan dan peralatan.
b) Pendidikan : dasar, kesehatan, gizi
a) Perbaikan sanitasi, personal, lingkungan, terutama makanan dan peralatan.
b) Pendidikan : dasar, kesehatan, gizi
c) Program imunisasi pencegahan penyakit erat kaitannya dengan lingkungan seperti TBC, Malaria, DHF, parasit (cacing).
2. Memperkecil dampak penyakit infeksi terutama diare diwilayah yang sanitasi lingkungannya belum baik.
3. Deteksi dini dan menejemen awal / ringan
a) Memonitor tumbang dan status gizi balita secara kontinu
b) Perhatikan khusus faktor resiko tinggi yang akan berpengaruh terhadap kelangsungan status gizi (kemiskinan, ketidaktahuan penyakit infeksi)
b) Perhatikan khusus faktor resiko tinggi yang akan berpengaruh terhadap kelangsungan status gizi (kemiskinan, ketidaktahuan penyakit infeksi)
4. Memelihara status gizi
a) Dimulai sejak dalam kandungan, ibu hamil dengan gizi yang baik, diharapkan melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula.
b) Setelah lahir segera diberi ASI ekslusif sampai 4 bulan
c) Pemberian makanan tambahan (pendamping) ASI mulai usia 4 bulan secara bertahap
d) Memperpanjang masa menyusui selama mungkin selama bayi menghendaki
(maksimal 2 tahun).
6. Kekurangan Vitamin A (KVA)
Kekurangan Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan (balita). Kekurangan vitamin A dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Kekurangan vitamin A dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung vitamin A atau provitamin A untuk jangka waktu yang lama, bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, zink atau zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam tubuh, adanya gangguan penyerapan vitamin A dan provitamin A seperti pada penyakit-penyakit antara lain diare kronik, KEP dan lain-lain.
KVA merupakan suatu kondisi dimana mulai timbulnya gejala kekurangan konsumsi vitamin A. Defisiensi vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi. KVA dapat pula disebut kekurangan sekunder apabila disebabkan oleh gangguan penyerapan dan penggunaan vitamin A dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, atau karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A. KVA sekunder dapat terjadi pada penderita KEP, penyakit hati, alfa dan beta lipoproteinemia, atau gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu.
Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelainan pada sel-sel epitel pada selaput lendir mata. Kelainan tersebut karena terjadinya proses metaplasi sel-sel epitel, sehingga kelanjar tidak memproduksi cairan yang dapat menyebabkan terjadinya kekeringan pada mata yang disebut xerosis konjungtiva. Bila kondisi ini berlanjut akan terjadi yang disebut bercak bitot (Bitot Spot) yaitu suatu bercak putih, berbentuk segi tiga di bagian temporal dan diliputi bahan seperti busa.
Defisiensi lebih lanjut menyebabkan xerosis kornea, yaitu kornea menjadi kering dan kehilangan kejernihannya karena terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea. Pada stadium yang lanjut, kornea menjadi lebih keruh, berbentuk infiltrat, berlaku pelepasan sel-sel epitel kornea, yang berakibat pada pelunakan dan pecahnya kornea. Mata juga dapat terkena infeksi. Tahap terakhir deri gejala mata yang terinfeksi adalah keratomalasia (kornea melunak dan dapat pecah), sehingga menyebabkan kebutaan total.
Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan fungsi kekebalan tubuh menurun, sehingga mudah terkena infeksi. Kekurangan vitamin A menyebabkan lapisan sel yang menutupi paru-paru tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme, bakteri, dan virus yang dapat menyebabkan infeksi. Jika hal ini terjadi pada permukaan dinding usus halus, akan menyebabkan diare.
Masalah kurang vitamin A subklinis (kadar vitamin A dalam serum ‹ 20 ug/dl) dibeberapa propinsi masih cukup memprihatinkan, karena 50% Balita masih mempunyai status vitamin A rendah. Kurang vitamin A akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang berpengaruh pada kelangsungan hidup anak. 9,8 persen balita Indonesia masih kekurangan vitamin A. Program penanggulangan Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995 dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah masalah kebutaan karena kurang Vitamin A, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian kapsul Vitamin A menunjang penurunan angka kesakitan dan angka kematian anak (30-50%). maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak. Dalam upaya penyediaan vitamin A yang cukup untuk tubuh ditempuh kebijaksanaan sebagai berikut:
1. Peningkatan konsumsi sumber vitamin A alami
2. Fortifikasi vitamin A pada bahan makanan
3. Distribusi vitamin A dosis tinggi secara berkala.
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gizi merupakan hal yang komplek di Indonesia. Sampai saat ini ada lima masalah gizi utama di Indonesia, yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dan Obesitas. Energi dan protein merupakan zat gizi makro, sedangkan zat besi, vitamin A dan Iodium merupakan zat gizi mikro. Banyak faktor yang mempengaruhi asupan gizi masyarakat tersebut. Dari hari ke hari angka dari masalah-masalah di atas terus meningkat, yang secara otomatis juga meningkatkan angka kematian penduduk. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kekurangan pangan, penyakit infeksi seperti cacingan, lingkungan yang kurang bersih serta penyebab tidak langsung lainnya seperti pola asuh orang tua.
2. Saran
Sebaiknya, untuk mengurangi angka kematian akibat masalah-masalah gizi di atas pemerintah mengadakan program yang lebih efektif dan berkesinambungan seperti, meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat lahir rendah, meningkatkan program perbaikan zat gizi mikro, meningkatkan program gizi berbasis masyarakat, dan memperbaiki sektor lain yang treakit erat dengan gizi (pertanian, air dan sanitasi, perlindungan, pemberdayaan masyarakat dan isu gender), sehingga sedikit demi sedikit angka-angka akibat masalah gizi di atas dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. “Masalah-Masalah Gizi di Indonesia” dalamhttp://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/24/masalah-masalah-gizi-di-indonesia-2/ diakses pada 27 November 2012 pukul 21.00
Anonim. 2012.”Gangguan Akibat Kekurangan Yodium” dalamhttp://vhychocolatenurse.blogspot.com/2012/05/gangguan-akibat-kekurangan-yodium-gaky.html diakses pada 27 November 2012 pukul 21.08
Anonim. 2012. “Anemia Gizi Besi” dalamhttp://keperawatankomunitas.blogspot.com/2012/01/anemia-gizi-besi.html diakses pada 27 November 2012 pukul 21.10
Anonim.2010. “Obesitas Kini Semakin Mewabah” dalamhttp://health.kompas.com/read/2010/11/02/09285713/Obesitas.Kini.Semakin.Mewabahdiakses pada 27 November 2012 pukul 21.10
Anonim. 2011. Gizi Buruk Ancam 4 Juta Anak Indonesia” dalam http://liputankita.com/berita-liputankita/gizi-buruk-ancam-4-juta-anak-indonesia-liputankita.html diakses pada 27 November 2012 pukul 21.18
sumber : http://dedisugandi6.blogspot.co.id/2015/05/makalah-masalah-gizi-di-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar