MAKALAH
Dosen : Adisti A. Rumayar, SKM, M.Kes., MPH
Dosen : Adisti A. Rumayar, SKM, M.Kes., MPH
Topik
1. Analisis Ekonomi Dari Program-program kesehatan
2. Cara-cara Analisis Ekonomi Untuk Program Kesehatan
Nama : Junianti Ahmad
NIM : 14111101017
Kelas : AKK
Semester : 5
Tugas : Ekonomi Kesehatan
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain yang membacanya.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain yang membacanya.
Terlepas dari semua
itu, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................................................2
Bab I : Pembahasan...............................................................................................................
1.1 Analisis Ekonomi dari Program Kesehatan..........................................................3
1.2 A. Pembiayaan Pembangunan di Indonesia..........................................................3
1.3 B. Pembiayaan untuk Program Pengawasan Penyakit Menular Pengalaman di Indonesia.................................................................................................................................4
1.4 C. Model Epidemiologi dan Analisys Cost Effectiveness untuk program pengobatan penyakit TBC di Indonesia.....................................................................................................4
2.1 Pengertian Cost Effectiveness Analysis (CEA)..............................................5
2.1.1 Pengertian Analisis Biaya...............................................................................5
2.1.2 Pengertian Efektivitas.....................................................................................6
2.2 Prinsip Dasar Cost Effectiveness Analysis.....................................................6
2.3 Kelebihan Dan Kelemahan Cost Effectiveness Analysis...............................8
2.3.1 Alasan Menggunakan Cost Effectiveness Analysis.......................................8
2.3.2 Kegunaan Cost Effectiveness Analysis..........................................................8
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Cost Effectiveness Analysis................................9
Bab II : Penutup....................................................................................................................
Kesimpulan............................................................................................................................10
Daftar Pustaka........................................................................................................................10
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................................................2
Bab I : Pembahasan...............................................................................................................
1.1 Analisis Ekonomi dari Program Kesehatan..........................................................3
1.2 A. Pembiayaan Pembangunan di Indonesia..........................................................3
1.3 B. Pembiayaan untuk Program Pengawasan Penyakit Menular Pengalaman di Indonesia.................................................................................................................................4
1.4 C. Model Epidemiologi dan Analisys Cost Effectiveness untuk program pengobatan penyakit TBC di Indonesia.....................................................................................................4
2.1 Pengertian Cost Effectiveness Analysis (CEA)..............................................5
2.1.1 Pengertian Analisis Biaya...............................................................................5
2.1.2 Pengertian Efektivitas.....................................................................................6
2.2 Prinsip Dasar Cost Effectiveness Analysis.....................................................6
2.3 Kelebihan Dan Kelemahan Cost Effectiveness Analysis...............................8
2.3.1 Alasan Menggunakan Cost Effectiveness Analysis.......................................8
2.3.2 Kegunaan Cost Effectiveness Analysis..........................................................8
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Cost Effectiveness Analysis................................9
Bab II : Penutup....................................................................................................................
Kesimpulan............................................................................................................................10
Daftar Pustaka........................................................................................................................10
BAB I
1.1 ANALISIS EKONOMI DARI PROGRAM KESEHATAN
SISTEMATIKA PENYAMPAIAN
- Pembiayaan
Pembangunan di Indonesia.
- Pembiayaan
Untuk Program Pengawasan Penyakit Menular Pengalaman di Indonesia.
- Model
Epidemiologi dan Analysis Cost Effectiveness Untuk Program Pengobatan
Penyakit TBC di Indonesia.
1.2
A. Pembiayaan Pembangunan di Indonesia
1. Sistem Perawatan Kesehatan
Ada 2 jenis sektor pelayanan kesehatan, yaitu pemerintah dan swasta. Sektor RS pemerintah menyediakan yankes campuran yaitu perawatan dan penyembuhan, sedangkan sektor swasta lebih mengkhususkan pada perawatan penyembuhan serta memberikan pelayanan yang lebih baik untuk menarik pelanggan.
2. Pembiayaan dan Pengeluaran Perawatan Kesehatan.
Sekitar 35% pengeluaran kesehatan sumbernya dari pemerintah, sedangkan 65% dari non pemerintah termasuk organisasi swasta dan di luar kantong pengeluaran. Indonesia Masih kurang dalam pembiayaan kesehatan dibanding dengan Negara berkembang lain yang sama income per kapitanya.
3. Sektor Umum.
Secara umum pemerintah bertanggung jawab terhadap pemberdayaan. Kesehatan nasional yang termasuk promosi, pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi.
4. Sumber Dana.
Dari anggaran-anggaran Pemerintahan pusat, pemerintah tingkat propinsi, pemerintah tingkat kabupaten, sumber pembiayaan eksternal dan user charges.
5. Dana Swasta.
Ada 2 sumber :
1. Pembayaran langsung melalui perorangan di luar ongkos tarif pelayanan dan pembelian obat-obatan.
2. Dengan perusahaan swasta yang besar dan perusahaan setempat yang menyediakan pelayanan kesehatan langsung kepada pegawainya.
6. Pembayaran Langsung dari Rumah Tangga.
Ada 3 sumber utama informasi tentang pengeluaran perawatan kesehatan di Indonesia. Yaitu survei yg didiskusikan paling awal pada tahun 1982/1983 dan 1985/1986, survei kesehatan rumah tangga oleh BPStahun1981 dan1984, dan survei kesehatan rumah tangga tahun 1985.
7. Asuransi Kesehatan
Adalah program pegawai pemerintah yang disebut ASKES, yang mana pembayaran perawatan untuk 3,8jt pegawai negeri & keluarganya melalui pemotongan gaji 2% dari daftar gaji. Program yg sama disebut ASABRI dan PKTK, yaitu menyediakan perawatan untuk personil militer & keluarganya serta untuk pegawai di organisasi swasta.
8. PKTK
Organisasi PKTK adalah organisasi yang dikembangkan oleh Menteri kesehatan & Menteri Tenaga Kerja yg menyediakan perawatan kesehatan bagi para pekerja di sektor swasta.
9. Dana Sehat
Dana sehat adalah organisasi di tingkat desa untuk mengasuransikan anggota masyarakat desa berdasarkan perawatan kesehatan primer yang berbasic pada filsafat untuk menolong diri sendiri.
1.3 B. Pembiayaan untuk Program Pengawasan Penyakit Menular Pengalaman di Indonesia
1. Pembiayaan pengawasan Penyakit Menular.
Hampir seluruh pengeluaran program pengawasan penyakit menular memperoleh sumber dana dari pemerintah pusat, sumbangan pemerintah setempat (propinsi) & kabupaten serta bantuan asing.
2. Pembiayaan Program Pengembangan Penyakit Diare (CDD)
Tren penurunan anggaran CDD (communicable disease control) dalam 5 tahun terakhir mengharuskan menyusun prioitas yang lebih baik dlm program CDD, untuk mencapai satu tujuan pembangunan kesehatan nasional yaitu menurunkan infant mortality rate (IMR).
3. Efisiensi Biaya Pengobatan Penyakit Diare Melalui Penggunaan Obat-obatan Secara Rasional
Sebagian besar perawatan yg dilakukan dalam menyediakan fasilitas umum masih tidak rasional, termasuk penyakit diare. Pengeluaran untuk pembelian antibiotik sekitar 40% dari seluruh anggaran obat-obatan, sedangkan penggunaannya masih tidak rasional.
4. Masalah Dalam Pembiayaan Pengawasan Penyakit Diare (CDD)
1. Pendidikan masyarakat.
2. Peran sektor swasta.
3. Training profesi medis dan paramedis.
4. Pembelian obat-obatan untuk pusat kesehatan dan RS.
1.4 C. Model Epidemiologi dan Analisys Cost Effectiveness untuk program pengobatan penyakit TBC di Indonesia
1. Bentuk Model Epidemiologi
Ada 6 kelompok epidemiologi :
1. Kelompok tidak terinfeksi (s1)
2. Kelompok terinfeksi (s2)
3. Kelompok yang telah divaksinasi BCG (s3)
4. Kelompok yang mendapat penyinaran radiologi aktif (s4)
5. Kelompok yang berbasil TBC positif (s5)
6. Kelompok yang sudah sembuh (s6)
2. Perkiraan Probabilitas Transisi
Di indonesia vaksinasi BCG telah menyebar luas. Pada tahun 1980 statistik TBC yg diperlihatkan adalah menunjukkan bahwa resiko terinfeksi setiap tahun kurang lebih 4%.
3. Analysis Cost Effectiveness
Analysis cost effectiveness adalah berdasarkan pada perbandingan antara biaya moneter program pengawasan khusus dan program yg memiliki keteraturan dalam arti memperkirakan prevented cases.
4. Hasil Penerapan Model
Ada 3 strategi pengobatan TBC :
1. Strategi program pengobatan yg terdiri dari 35% regimen short course & 65% regimen standar course.
2.100% regimen standar course.
3.100% regimen short course.
Sebagai dugaan, tingkat kemanjuran dari regimen short course lebih tinggi dari regimen standar course tapi tingkat kekembuhannya lebih rendah. Strategi short course mempunyai rasio cost effectiveness paling rendah.
5. Arahan Kebijaksanaan
Studi ini menyimpulkan bahwa aplikasi strategi short course untuk program pengobatan TBC adalah dapat dibenarkan.
1. Sistem Perawatan Kesehatan
Ada 2 jenis sektor pelayanan kesehatan, yaitu pemerintah dan swasta. Sektor RS pemerintah menyediakan yankes campuran yaitu perawatan dan penyembuhan, sedangkan sektor swasta lebih mengkhususkan pada perawatan penyembuhan serta memberikan pelayanan yang lebih baik untuk menarik pelanggan.
2. Pembiayaan dan Pengeluaran Perawatan Kesehatan.
Sekitar 35% pengeluaran kesehatan sumbernya dari pemerintah, sedangkan 65% dari non pemerintah termasuk organisasi swasta dan di luar kantong pengeluaran. Indonesia Masih kurang dalam pembiayaan kesehatan dibanding dengan Negara berkembang lain yang sama income per kapitanya.
3. Sektor Umum.
Secara umum pemerintah bertanggung jawab terhadap pemberdayaan. Kesehatan nasional yang termasuk promosi, pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi.
4. Sumber Dana.
Dari anggaran-anggaran Pemerintahan pusat, pemerintah tingkat propinsi, pemerintah tingkat kabupaten, sumber pembiayaan eksternal dan user charges.
5. Dana Swasta.
Ada 2 sumber :
1. Pembayaran langsung melalui perorangan di luar ongkos tarif pelayanan dan pembelian obat-obatan.
2. Dengan perusahaan swasta yang besar dan perusahaan setempat yang menyediakan pelayanan kesehatan langsung kepada pegawainya.
6. Pembayaran Langsung dari Rumah Tangga.
Ada 3 sumber utama informasi tentang pengeluaran perawatan kesehatan di Indonesia. Yaitu survei yg didiskusikan paling awal pada tahun 1982/1983 dan 1985/1986, survei kesehatan rumah tangga oleh BPStahun1981 dan1984, dan survei kesehatan rumah tangga tahun 1985.
7. Asuransi Kesehatan
Adalah program pegawai pemerintah yang disebut ASKES, yang mana pembayaran perawatan untuk 3,8jt pegawai negeri & keluarganya melalui pemotongan gaji 2% dari daftar gaji. Program yg sama disebut ASABRI dan PKTK, yaitu menyediakan perawatan untuk personil militer & keluarganya serta untuk pegawai di organisasi swasta.
8. PKTK
Organisasi PKTK adalah organisasi yang dikembangkan oleh Menteri kesehatan & Menteri Tenaga Kerja yg menyediakan perawatan kesehatan bagi para pekerja di sektor swasta.
9. Dana Sehat
Dana sehat adalah organisasi di tingkat desa untuk mengasuransikan anggota masyarakat desa berdasarkan perawatan kesehatan primer yang berbasic pada filsafat untuk menolong diri sendiri.
1.3 B. Pembiayaan untuk Program Pengawasan Penyakit Menular Pengalaman di Indonesia
1. Pembiayaan pengawasan Penyakit Menular.
Hampir seluruh pengeluaran program pengawasan penyakit menular memperoleh sumber dana dari pemerintah pusat, sumbangan pemerintah setempat (propinsi) & kabupaten serta bantuan asing.
2. Pembiayaan Program Pengembangan Penyakit Diare (CDD)
Tren penurunan anggaran CDD (communicable disease control) dalam 5 tahun terakhir mengharuskan menyusun prioitas yang lebih baik dlm program CDD, untuk mencapai satu tujuan pembangunan kesehatan nasional yaitu menurunkan infant mortality rate (IMR).
3. Efisiensi Biaya Pengobatan Penyakit Diare Melalui Penggunaan Obat-obatan Secara Rasional
Sebagian besar perawatan yg dilakukan dalam menyediakan fasilitas umum masih tidak rasional, termasuk penyakit diare. Pengeluaran untuk pembelian antibiotik sekitar 40% dari seluruh anggaran obat-obatan, sedangkan penggunaannya masih tidak rasional.
4. Masalah Dalam Pembiayaan Pengawasan Penyakit Diare (CDD)
1. Pendidikan masyarakat.
2. Peran sektor swasta.
3. Training profesi medis dan paramedis.
4. Pembelian obat-obatan untuk pusat kesehatan dan RS.
1.4 C. Model Epidemiologi dan Analisys Cost Effectiveness untuk program pengobatan penyakit TBC di Indonesia
1. Bentuk Model Epidemiologi
Ada 6 kelompok epidemiologi :
1. Kelompok tidak terinfeksi (s1)
2. Kelompok terinfeksi (s2)
3. Kelompok yang telah divaksinasi BCG (s3)
4. Kelompok yang mendapat penyinaran radiologi aktif (s4)
5. Kelompok yang berbasil TBC positif (s5)
6. Kelompok yang sudah sembuh (s6)
2. Perkiraan Probabilitas Transisi
Di indonesia vaksinasi BCG telah menyebar luas. Pada tahun 1980 statistik TBC yg diperlihatkan adalah menunjukkan bahwa resiko terinfeksi setiap tahun kurang lebih 4%.
3. Analysis Cost Effectiveness
Analysis cost effectiveness adalah berdasarkan pada perbandingan antara biaya moneter program pengawasan khusus dan program yg memiliki keteraturan dalam arti memperkirakan prevented cases.
4. Hasil Penerapan Model
Ada 3 strategi pengobatan TBC :
1. Strategi program pengobatan yg terdiri dari 35% regimen short course & 65% regimen standar course.
2.100% regimen standar course.
3.100% regimen short course.
Sebagai dugaan, tingkat kemanjuran dari regimen short course lebih tinggi dari regimen standar course tapi tingkat kekembuhannya lebih rendah. Strategi short course mempunyai rasio cost effectiveness paling rendah.
5. Arahan Kebijaksanaan
Studi ini menyimpulkan bahwa aplikasi strategi short course untuk program pengobatan TBC adalah dapat dibenarkan.
2.1
Pengertian
Cost Effectiveness Analysis (CEA)
Menurut Henry M.
Levin, analisis efektifitas biaya adalah evaluasi yang mempertimbangkan aspek
biaya dan konsekuensi dari sebuah alternatif pemecahan masalah. Ini adalah
sebuah alat bantu pembuat keputusan yang dirancang agar pembuat keputusan
mengetahui dengan pasti alternatif pemecahan mana yang paling efisien.
Menurut Diana B. Petitti, analisis
efektifitas biaya adalah model yang digunakan untuk menilai alternatif
keputusan yang paling tepat dengan cara membandingkan alternatif tersebut dalam
hubungannya dengan keuangan yang harus dikorbankan.
Menurut Shepard
(1979) dalam First Principles Of
Cost-Effectiveness Analysis in Health, CEA adalah suatu metode untuk
menentukan program mana yang dapat menyelesaikan tujuan tertentu dengan biaya
minimum.
Cost effectiveness analysis atau CEA
merupakan suatu metoda yang didesain untuk membandingkan antara outcome
kesehatan dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan program tersebut atau
intervensi dengan alternatif lain yang menghasilkan outcome yang sama (Vogenberg, 2001). Outcome kesehatan diekspresikan
dalam terminologi yang obyektif dan terukur seperti jumlah kasus yang diobati,
penurunan tekanan darah yang dinyatakan dalam mmHg, dan lain-lain dan bukan
dalam terminologi moneter (Vogenbeg, 2001).
Analisis cost-effectiveness
merupakan salah satu cara untuk memilih dan menilai program yang terbaik bila
terdapat beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk
dipilih. Kriteria penilaian pogram mana yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing
alternatif program sehingga program yang mempunyai discounted unit cost terendahlah yang akan dipilih oleh para
analisis/pengambil keputusan (Tjiptoherianto dan Soesetyo, 1994).
Menurut kelompok kami, Cost Effectiveness Analysis adalah salah
satu bentuk evaluasi ekonomi pada program kesehatan untuk menentukan program
mana yang lebih efisien, baik ditinjau dari ketercapaian tujuannya maupun dari
segi biayanya.
2.1.1
Pengertian
Analisis Biaya
Menurut Mulyadi (1990), Analisis biaya merupakan suatu upaya mencapai
penggunaan sumberdaya ekonomi yang optimal sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan, khususnya yang menyangkut berbagai macam alternatif untuk masa
mendatang. Sedangkan menurut Berman (1996),
Analisis biaya adalah proses menata kembali data atau informasi yang ada dalam
laporan keuangan untuk memperoleh usulan biaya pelayanan rumah sakit. Dengan
kata lain, analisis biaya merupakan pendistribusian biaya dari unit
pemeliharaan, unit operasional, dan unit pelayanan umum lainnya ke bagian
perawatan, gawat darurat, atau pendapatan rumah sakit dari layanan yang
diberikan kepada pasien.
Menurut Meg Sewell dan Mary Marczak
(2011), “cost analysis is currently a
somewhat controversial set of methods in economic evaluation, cost allocation,
and efficiency assessment. One reason for the controversy is that these terms
cover a wide range of methods”. Analisis biaya adalah sebuah metode yang
kontroversial (mencakup beberapa metode) dalam evaluasi ekonomi, pengalokasian
biaya, dan penilaian efisiensi.
Menurut kelompok kami, analisis biaya
adalah suatu proses mengumpulkan, mengelompokkan, dan mengidentifikasi data
keuangan untuk menghitung biaya output suatu produk/jasa dalam rangka
peningkatan efisiensi dan profitabilitas perusahaan.
2.1.2
Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif
yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang
diharapkan dengan hasil yang telah dicapai. Seperti yang diungkapkan oleh
Etzioni, dkk (1985) dalam Rukmini (2009), efektivitas adalah “Sebagai tingkat
keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran”.
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas merupakan suatu konsep yang
sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan.
Sedangkan berdasarkan pendapat Mahmudi
(2005) dalam Rukmini (2009), “Efektivitas merupakan hubungan antara output
dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi,
program atau kegiatan”.
Efektivitas berfokus pada outcome (hasil). Program atau kegiatan
yang dinilai efektif apabila output yang
dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan. Secara umum telah dikemukakan
bahwa konsep efektivitas itu sendiri paling baik jika dilihat dari sudut sejauh
mana organisasi berhasil mendapatkan sumber daya dalam usahanya mengejar tujuan
strategi dan operasional (Steers (1985) dalam Ridha (2008).
Menurut Handayaningrat (1983) dalam
Ridha (2008) memberikan definisinya mengenai efektivitas yaitu pengukuran dalam
arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan menurut segi kesehatan,
Muennig (2008) memberikan penjelasan mengenai definisi efektivitas sebagai
berikut:
“Effectiveness is the performance of health
interventions in the real world” “Efektivitas adalah kinerja dari
intervensi kesehatan di dunia nyata” Lebih lanjut Muennig menjelaskan bahwa
efektivitas menunjukkan bagaimana bagusnya kinerja dari tes, pengobatan atau
program kesehatan di dunia nyata. Menurut kelompok kami, efektivitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
2.2
Prinsip
Dasar Cost Effectiveness Analysis
Terdapat beberapa metode analisis biaya
yakni Cost Benefit Analysis (CBA) dan Cost Effectiveness Analysisi (CEA).
Keduanya mengevaluasi unsur ekonomi dengan melihat input dan output. Unsur
masukan dalam CEA dan CBA dinyatakan dalam bentuk besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan program, misalnya Rp 1.000.000,-, Rp
2.000.000,- dan seterusnya. Unsur keluaran berupa manfaat CBA yang dihasilkan
dinyatakan dalam nilai
uang, Sedangkan pada
CEA unsur keluarannya
berupa ketepatan (effectiveness) dalam
menyelesaikan masalah, dinyatakan
dalam ukuran tertentu
yang untuk bidang
kesehatan adalah berupa
parameter kesehatan (Jacobs, 1987).
Cost Effectiveness Analysis (CEA) digunakan apabila benefit sulit ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga CEA
sangat baik untuk mengukur efisiensi di bidang sosial, khususnya bidang kesehatan
yang bersifat program atau intervensi pada tingkat daerah. Sesungguhnya untuk
bidang kesehatan memberikan nilai rupiah bagi setiap hasil yang diperoleh
tidaklah mudah. Sekalipun misalnya dua
program sama-sama berhasil
memperpendek atau mempersingkat lama perawatan,
misalnya dari lima
menjadi dua hari,
namun nilai tiga
hari yang berhasil
ditekan tersebut tidak
sama antara satu
program dengan program
yang lain. Untuk
orang yang kebetulan
tidak mempunyai pekerjaan,
tentu nilai rupiahnya
akan jauh lebih
kecil jika dibandingkan
dengan seseorang yang
kebetulan menjabat menjadi seorang manajer. Karena kesulitan
mengubah hasil program kesehatan ke
dalam bentuk nilai
uang, maka tidak
mengherankan kalau bidang
kesehatan banyak menggunakan
teknik analisis efektifitas biaya atau CEA.
Beberapa ciri pokok CEA menurut Azwar, A
(1989) adalah sebagai berikut :
a.
Bermanfaat untuk mengambil keputusan.
CEA
berguna untuk membantu
pengambilan keputusan dalam
menetapkan program terbaik
yang akan dilaksanakan. Dengan
ciri ini jelaslah bahwa CEA terutama diterapkan
sebelum suatu program dilaksanakan, jadi masuk dalam tahap perencanaan.
b.
Berlaku jika tersedia dua atau lebih
program.
CEA tidak dapat dipergunakan jika
berhadapan dengan satu program saja.
Perlu ada program
lain sebagai perbandingan,
misalnya program butuh biaya Rp 1.000.000,- yang apabila dilaksanakan akan berhasil
menyembuhkan 300 pasien.
Program B butuh
biaya Rp 1.000.000,-
yang apabila dilaksanakan akan berhail menyembuhkan 500
pasien. Dengan adanya
program B sebagai
pembanding akan tampak bahwa program B lebih tepat dari
program A karena dengan biaya yang sama
berhasil menyembuhkan pasien lebih banyak.
c.
Mengutamakan unsur input (masukan) dan
unsur output (keluaran).
Pada CEA yang diutamakan hanya unsur
masukan yang dibutuhkan oleh
program serta unsur
keluaran yang dihasilkan
oleh program. Unsur
lainnya, seperti proses,
umpan balik dan
lingkungan agak diabaikan.
d.
CEA terdiri dari tiga proses, yaitu :
1)
Analisis biaya dari setiap alternatif
atau program.
2)
Analisis efektifitas dari tiap
alternatif atau program.
Analisis
hubungan atau ratio
antara biaya dan
efektifitas alternatif atau program.
Prinsip dasar dari Cost-effectiveness analysis (CEA) menurut Shepard adalah cara untuk
merangkum health benefits dan sumber
daya yang digunakan dalam program-program kesehatan sehingga para pembuat
kebijakan dapat memilih diantara itu. CEA merangkum semua biaya program ke
dalam satu nomor, semua manfaat program (efektivitas) menjadi nomor kedua, dan
menetapkan aturan untuk membuat keputusan berdasarkan hubungan diantara
keduanya. Metode ini sangat berguna dalam analisis program kesehatan preventif,
karena metode ini menyediakan mekanisme untuk membandingkan upaya yang
ditujukan kepada populasi dan penyakit yang berbeda. CEA membutuhkan langkah
yang sedikit merepotkan dibandingkan cost-benefit
analysis, karena CEA tidak berusaha untuk menetapkan nilai moneter untuk health outcomes dan benefits. Sebaliknya, CEA mengungkapkan manfaat kesehatan yang
lebih sederhana, lebih deskriptif, seperti years
of life yang diperoleh.
Untuk melaksanakan CEA, harus ada satu
atau beberapa kondisi di bawah ini:
a. Ada satu tujuan intervensi yang tidak
ambigu, sehingga ada ukuran yang jelas dimana efektifitas dapat diukur.
Contohnya adalah
dua jenis terapi bisa dibandingkan dalam hal biayanya per year of life yang diperoleh, atau, katakanlah, dua prosedur screening dapat dibandingkan dari segi
biaya per kasus yang ditemukan. Atau;
b. Ada banyak tujuan, tetapi intervensi
alternatif diperkirakan memberikan hasil yang sama.
Contohnya adalah
dua intervensi bedah memberikan hasil yang sama dalam hal komplikasi dan
kekambuhan.
Dalam evaluasi ekonomi,
pengertian efektivitas berbeda dengan penghematan biaya, dimana penghematan
biaya mengacu pada persaingan alternatif program yang memberikan biaya yang
lebih murah, sedangkan efektivitas biaya tidak semata-mata mempertimbangkan aspek
biaya yang lebih rendah (Grosse, 2000).
CEA membantu memberikan alternatif yang
optimal yang tidak selalu berarti biayanya lebih murah. CEA membantu
mengidentifikasi dan mempromosikan terapi pengobatan yang paling efisien
(Grosse, 2000). CEA sangat berguna bila membandingkan alternatif program atau
alternatif intervensi dimana aspek yang berbeda tidak hanya program atau
intervensinya, tetapi juga outcome klinisnya ataupun terapinya. Dengan
melakukan perhitungan terhadap ukuran-ukuran efisiensi (cost effectiveness
ratio), alternatif dengan perbedaan biaya, rate efikasi dan rate
keamanan yang berbeda, maka perbandingan akan dilakukan secara berimbang
(Grosse, 2000).
Cost Effectiveness Analysis digunakan apabila benefit sulit ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga CEA
sangat baik untuk mengukur efisiensi di bidang sosial, khususnya bidang kesehatan
yang bersifat program/intervensi
pada tingkat kabupaten/kota.
Ada
2 macam analisis efektivitas biaya, yaitu :
a.
Analisis jangka pendek
Merupakan analisis yang dilakukan untuk
jangka waktu kurang dari 1 tahun. Analisis jangka pendek ini merupakan analisis
yang paling banyak dan sering dilakukan. Dalam analisis jangka pendek ini biaya
satuan (unit cost) dihitung dari
biaya depresiasi.
b.
Analisis jangka panjang
Merupakan analisis yang dilakukan untuk
jangka waktu lebih dari 1 tahun. Dalam analisis jangka panjang ini biaya satuan
(unit cost) yang digunakan adalah
berupa nilai discounted unit cost,
dimana dalam perhitungannya tanpa mempertimbangkan biaya depresiasi.
2.3
Kelebihan
Dan Kelemahan Cost Effectiveness Analysis
2.3.1
Alasan
Menggunakan Cost Effectiveness Analysis
a.
Benefit
bidang kesehatan
1.
Sulit
mengukur benefit tingkat kesembuhan, hilangnya produktivitas akibat sakit atau
cacat dan lain-lainnya.
2.
Program
kesehatan yang bersifat lintas sektoral sulit menentukan dampak suatu program
tertentu.
3.
Program
terpadu sulit menentukan keluaran program yang murni
b.
Cost
bidang kesehatan
1.
Program
terpadu dan lintas sektoral akan menyulitkan menilai sarana peralatan maupun
personil yang benar-benar digunakan untuk program tersebut.
2.
Pendayagunaan
peran serta masyarakat akan menyulitkan menentukan biaya operasional.
3.
Bantuan
lokal, regional, nasional, dan internasional.
Contoh : bantuan
lokal yang berupa transportasi. Sering biaya transportasi digabungkan dengan
dinas dan lain-lain. Dari beberapa alasan tersebut, masih ditunjang dengan
adanya sistem pencatatan dan pelaporan yang masih lemah, sehingga CEA masih
cukup peka untuk mengukur efisiensi.
2.3.2
Kegunaan
Cost Effectiveness Analysis
Analisis
efektivitas biaya
merupakan alat utama
untuk membandingkan biaya intervensi kesehatan dengan
keuntungan kesehatan yang diharapkan.
Intervensi dapat dipahami
sebagai aktivitas apapun, dengan
menggunakan berbagai input,
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan.
CEA sering digunakan untuk mengukur efisiensi dari macam-macam program dengan
tujuan yang sama.
Kadang-kadang
CEA juga digunakan untuk mengukur efisiensi dari sumber daya (masukan) satu
atau lebih dari satu program dengan derajat tujuan (hierachy of objectives).
Keuntungan CEA
dibandingkan CUA dan CBA adalah perhitungan unsur biaya lebih sederhana, dan
cukup peka sebagai salah satu alat pengambil keputusan. Kerugiannya adalah
hasil keluaran yang berupa efek program tidak diperhitungkan.
2.3.3
Kelebihan
dan Kelemahan Cost Effectiveness Analysis
a.
Kelebihan
1.
Mengatasi
kekurangan dalam Cost Benefit Analysis
saat benefit sulit ditransformasikan
dalam bentuk uang sebab dalam CEA dilakukan perhitungan perbandingan outcome kesehatan dan biaya yang
digunakan jadi tetap dapat memilih program yang lebih efektif untuk
dilaksanakan meskipun benefitnya sulit untuk diukur.
2.
Hemat
waktu dan sumber daya intensif
CEA memiliki
tahap perhitungan yang lebih sederhana sehingga lebih dapat menghemat waktu dan
tidak memerlukan banyak sumber daya untuk melakukan analisis.
3.
Lebih
mudah untuk memahami perhitungan unsur biaya dalam CEA lebih sederhana sehingga
lebih mudah untuk dipahami. Meskipun demikian CEA masih cukup peka sebagai
salah satu alat pengambil keputusan.
4.
Cocok
untuk pengambilan keputusan dalam pemilihan program. CEA merupakan cara memilih
program yang terbaik bila beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk
dipilih. Sebab, CEA memberikan penilaian alternatif program mana yang paling
tepat dan murah dalam menghasilkan output tertentu. Dalam hal ini CEA membantu
penentuan prioritas dari sumber daya yang terbatas.
5.
Membantu
penentuan prioritas dari sumber daya
b.
Kelemahan
1.
Alternatif
tidak dapat dibandingkan dengan tepat
Hal ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa sulitnya ditemui CEA yang ideal, dimana
tiap-tiap alternatif identik pada semua kriteria, sehingga analisis dalam
mendesain suatu CEA, harus sedapat mungkin membandingkan alternatif- alternatif
tersebut.
2.
CEA
terkadang terlalu disederhanakan.
Pada umumnya CEA
berdasarkan dari analisis suatu biaya dan suatu pengaruh misalnya rupiah/anak
yang diimunisasi. Padahal banyak program-program yang mempunyai efek berganda.
Apabila CEA hanya berdasarkan pada satu ukuran keefektifan (satu biaya dan satu
pengaruh) mungkin menghasilkan satu kesimpulan yang tidak lengkap dan
menyesatkan.
3.
Belum
adanya pembobotan terhadap tujuan dari setiap program.
Akibat belum
adanya pembobotan pada tujuan dari setiap program sehingga muncul pertanyaan
“biaya dan pengaruh mana yang harus diukur?”. Pertanyaan ini timbul mengingat
belum adanya kesepakatan diantara para analis atau ahli. Disatu pihak
menghendaki semua biaya dan pengaruh diukur, sedangkan yang lainnya sepakat
hanya mengukur biaya dan pengaruh-pengaruh tertentu saja.
4.
Cost Effectiveness Analysis terkadang
terlalu disederhanakan
5. Seharusnya ada pembobotan terhadap tujuan dari
setiap proyek karena beberapa tujuan harus diprioritaskan.
BAB 2
BAB 2
KESIMPULAN
1. Dari topik yg telah disampaikan
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar anggaran pemerintah
dihabiskan untuk pembiayaan program kesehatan.
2. Cost effectiveness analysis atau CEA merupakan suatu metoda yang didesain untuk membandingkan antara outcome kesehatan dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan program tersebut atau intervensi dengan alternatif lain yang menghasilkan outcome yang sama.
2. Cost effectiveness analysis atau CEA merupakan suatu metoda yang didesain untuk membandingkan antara outcome kesehatan dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan program tersebut atau intervensi dengan alternatif lain yang menghasilkan outcome yang sama.
Cost Effectiveness Analysis digunakan
apabila benefit sulit ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga CEA sangat
baik untuk mengukur efisiensi di bidang sosial, khususnya bidang kesehatan yang
bersifat program/intervensi pada tingkat kabupaten/kota.
CEA sering digunakan untuk mengukur
efisiensi dari macam-macam program dengan tujuan yang sama. Kadang-kadang CEA
juga digunakan untuk mengukur efisiensi dari sumber daya (masukan) satu atau
lebih dari satu program dengan beberapa derajat tujuan (hierachy of
objectives).
DAFTAR PUSTAKA
http://dokumen.tips/documents/analisis-ekonomi-program-kesehatan.html
Muennig, Peter. 2008. Cost Effectiveness Analysis in Health: A Practical Approach. San Fransisco: Jossey-Bass.
Sewell, Meg and Mary Marczack. 2011. Using Cost Analysis in Evaluation. ag.arizona.edu/sfcs/cyfernet/cyfar/costben2.htm. Sitasi pada 16 Nopember 2015.
DAFTAR PUSTAKA
http://dokumen.tips/documents/analisis-ekonomi-program-kesehatan.html
Muennig, Peter. 2008. Cost Effectiveness Analysis in Health: A Practical Approach. San Fransisco: Jossey-Bass.
Sewell, Meg and Mary Marczack. 2011. Using Cost Analysis in Evaluation. ag.arizona.edu/sfcs/cyfernet/cyfar/costben2.htm. Sitasi pada 16 Nopember 2015.
Shepard, Donald S. and Mark S.Thompson.
First Principles Of Cost-Effectiveness Analysis in Health. English Publication
in Public Health Reports 93:535 – 543, 1979.
http://documents.tips/documents/makalah-ekonomi-kesehatan-570c2ee8cbf28.html
http://documents.tips/documents/makalah-ekonomi-kesehatan-570c2ee8cbf28.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar