MAKALAH
Dosen : Adisti A. Rumayar, SKM, M.Kes., MPH
Dosen : Adisti A. Rumayar, SKM, M.Kes., MPH
Topik
Need dan Demand Bagi Pelayanan Kesehatan
Nama : Junianti Ahmad
NIM : 14111101017
Kelas : AKK
Semester : 5
Tugas : Ekonomi Kesehatan
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM
RATULANGI
MANADO
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain yang membacanya.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain yang membacanya.
Terlepas dari semua itu, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................1
Daftar Isi...............................................................................................................................2
Bab I : Pendahuluan............................................................................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................................3
Bab II : Pembahasan............................................................................................................
2.1Definisi Demand Pelayanan Kesehatan...............................................................4
2.2 Definisi Need Pelayanan Kesehatan...................................................................5
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan.................5
2.4 Elastisitas Pelayanan Kesehatan.........................................................................8
Bab III : Penutup.................................................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................................10
Daftar Pustaka......................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada
dasarnya kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya
standar hidup seseorang. Status kesehatan yang baik dibutuhkan oleh manusia
untuk menopang semua aktivitas hidup. Setiap individu akan berusaha mencapai
status kesehatan tersebut dengan menginvestasikan dan atau mengkonsumsi sejumlah
barang dan jasa kesehatan. Maka
untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan
yang baik pula.
Teori
ekonomi mikro tentang permintaan (demand) jasa pelayanan kesehatan
menyebutkan bahwa harga berbanding terbalik dengan jumlah permintaan jasa
pelayanan kesehatan. Teori ini mengatakan bahwa jika jasa pelayanan kesehatan
merupakan normal good, makin tinggi income keluarga maka makin
besar demand terhadap jasa pelayanan kesehatan tersebut. Sebaliknya jika
jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut merupakan inferior good, meningkatnya pendapatan keluarga akan
menurunkan demand terhadap jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut.
Nilai guna pelayanan kesehatan dapat dilihat dari kualitas
pelayanan kesehatan sehingga akan membentuk sebuah kepuasan pelanggan. Kualitas
pelayanan kesehatan bersifat multi dimensi. Ditinjau dari pemakai jasa pelayanan
kesehatan (health
consumer) maka pengertian kualitas pelayanan lebih terkait pada ketanggapan
petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran
komunikasi antara petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramahtamahan petugas dalam melayani pasien, kerendahan hati dan kesungguhan. Ditinjau dari
penyelenggara pelayanan kesehatan (health
provider) maka kualitas pelayanan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran mutakhir. Hal ini
terkait pula dengan otonomi yang dimiliki oleh masing-masing profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi demand dalam
pelayanan kesehatan?
2. Bagaimana definisi need dalam pelayanan
kesehatan?
3. Apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi demand pelayanan kesehatan?
4. Bagaimana elastisitas demand pelayanan
kesehatan?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari demand
dalam pelayanan kesehatan
2. Untuk mengetahui definisi dari need dalam
pelayanan kesehatan
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor
yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan
4. Untuk mengetahui konsep elastisitas
demand pelayanan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Demand Pelayanan
Kesehatan
Ada
dua pendekatan yang digunakan untuk membahas permintaan terhadap pelayanan
kesehatan. Yang pertama ialah the agency
relationship atau dikenal juga dengan supllier
induced demand model. Sedangkan pendekatan yang kedua adalah investment model yang diajukan oleh
Grossman (1972a-1972b).
Perbedaan
yang utama diantara dua pendekatan tersebut adalah terletak pada asumsinya
tentang kedudukan pasien dalam model demand tersebut. Pada pendekatan pertama
dikatakan peranan pasien sangat kecil dibandingkan peranan ahli kesehatan.
sementara Grossman mengatakan bahwa si pasien cukup memiliki informasi dan
kebebasan dalam menentukan demandnya sendiri.
A. Demand
Menurut Model Agency Relationship
Dalam pendekatan ini dokter bertindak
sebagai agen bagi pasiennya yang kurang mempunyai informasi tentang segala
sesuatu yang menyangkut pelayanan kesehatan. Kejadian ini tiada lain disebabkan
oleh sifat komoditi pelayanan kesehatan yang akhirnya mengacu kepada situasi di
mana dokterlah yang secara efektif sering bertindak untuk melakukan permintaan
(demanding).
Untuk menunjang hubungan tersebut dapat
beroperasi secara efisien, menurut Artells (1981) diperlukan tiga kelompok
informasi yaitu:
1) Pengetahuan
dasar mengenai masalah-masalah medis, yaitu suatu bentuk informasi yang pada
dasarnya pasien tidak harus memikirkannya. Informasi ini menyangkut pengetahuan
khusus untuk melakukan penilaian status kesehatan dan mengidentifikasikan
perawatan apa saja yang tersedia.
2) Keterangan
tentang keadaan pasien, yang meliputi pengetahuan tentang simptom pasien,
sejarah kesehatan dan keadaan lingkungan pasien sehingga memungkinkan dokter
untuk menerapkan ilmu kedokterannya terhadap kasus yang saat ini tengah dia
temui pada pasiennya. Juga yang termasuk dalam informasi ini adalah posisi
keuangan pasien dan sumber keuangan lainnya yang dia miliki.
3) Informasi
tentang penilaian pasien sendiri mengenai penyakit yang tengah dideritanya.
Pada penilaian ini termasuk di dalamnya preferensi pasien atas berbagai
alternatif perawatan yang tersedia, sikapnya dalam menghadapi risiko dan
penilaiannya atas kemungkinan trade-off dari beraneka dimensi keadaan sehat.
Di
balik agency relationship hubungan individuil antara si dokter dan si pasien,
masih ada bentuk hubungan lain yang melibatkan grup dokter (dengan atau grup ahli
medis lainnya seperti perawat, bidan, dan sebagainya) dengan grup pasien yang
menjadi tanggung jawab mereka semua.
B. Demand
Menurut Model Grossman
Model Grossman
merupakan konsep dimana lebih menekankan terhadap demand pelayanan kesehatan
melalui investasi, asuransi, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
kesehatan demi mencapai keadaan sehat.
Grossman juga menguraikan bahwa demand
untuk kesehatan memeliki beberapa hal yang membedakan dengan pendekatan
tradisional demand dalam sector lain :
1. Yang
diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan, bukan pelayanan
kesehatan, pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk
menghasilkan kesehatan. Dengan demikian demand untuk pelayanan rumah sakit
umumnya berbeda dengan demand untuk pelayanan hotel.
2. Masyarakat
tidak memebeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat menghasilkannya,
menggunakan waktu untuk usaha-usaha peningkatan kesehatan, disamping
menggunakan pelayana kesehatan.
3. Kesehatan
dapat dianggap sebgai bahan investasi karena tahan lama dan tidak
terdepresisasi dengan segera.
4. Kesehatan
dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi.
2.2 Definisi Need Pelayanan Kesehatan
Need terhadap
pelayanan kesehatan merupakan fungsi dari need terhadap kesehatannya sendiri;
dengan didasari oleh pengalaman yang selama itu dilalui oleh seseorang. Dalam
berbagai perdebatan tentang need, cenderung terjadi salah kaprah dan melupakan
keterkaitan di antara keduanya. Banyak perdebatan yang sering tidak jelas
memakai istilah need tersebut. Dan bahkan ada yang mengaburkan pendengarnya
tentang need mana yang dimaksudkan oleh pembicara. Bagi para ekonom, need
adalah sesuatu pengertian yang evaluatif dan normatif, yaitu yang mempunyai
suatu objek yang melandasinya.
Dalam setiap
pembahasan tentang total need, maka yang perlu digarisbawahi ialah bahwa tidak
seluruh need akan dapat dipenuhi. Dengan demikian akan terdapat sebuah ranking
need, dalam pengertian-ceteris paribus- kita akan lebih memilih satu need untuk
dipenuhi dibanding need yang lain, bila need yang dipilih tadi akan memberikan
manfaat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipilih. Tapi mungkin
asumsi ceteris paribus tadi tidak dapat terpenuhi. Khususnya bila dikaitkan
dengan persoalan biaya. Dengan konsep opportunity cost yang telah ada jelas
bahwa pemilihan need mana yang akan dipenuhi akan harus merupakan bagian dari
fungsi biayanya. Itu berarti dalam rangka memenuhi suatu need tidak perlu
mekanisme yang paling efektif yang harus dipilih. Sekali lagi kemungkinan untuk
memenuhi suatu need merupakan fungsi dari biaya dan manfaat yang terkandung
dibelakangnya; yaitu biaya dan manfaat yang marjinal. Need bukan merupakan
suatu yang absolut maupun terbatas. Need adalah sesuatu yang dinamis dan
cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu. Dan dalam kasus
ini pertumbuhan need tersebut akan bisa
dilihat merupakan sebagian dari perkembangan penawaran fasilitas pelayanan
kesehatan.
Dapat
diambil beberapa ide pokok yang berkaitan dengan uraian tentang need :
1. Need
tidak selalu harus dijelaskan dengan tanpa mempertimbangkan apakah hasil akhir
yang ingin dicari serta jenis pelayanan kesehatan manakah yang dijadikan
instrumennya.
2. Pengabaian
kemungkinan pertukaran dalam rangka memenuhi suatu need nampaknya akan
merupakan persoalan awal dari timbulnya masalah ketidakefisienan.
3. Bagaimanapun
kita mendefinisikan need maka hampir selalu timbul usaha bagi pihak ketiga yang
terlibat ke dalam proses penilaian; berbeda halnya dengan demand di mana
konsumenlah yang berdaulat (sovereign).
4. Need
tidak absolut.
5. Need
harus diranking dan juga harus dihitung.
6. Kontribusi
utama dari ilmu ekonomi ke dalam needology diderivasikan dari pasar pengertian
bahwa need mana yang akan dipenuhi akan tergantung sekali dengan biaya-manfaat
untuk memenuhi need tersebut.
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Demand Pelayanan Kesehatan
Menurut Fuchs (1998), Dunlop dan
Zubkoff (1981) faktor-faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan
antara lain :
1. Kebutuhan
Berbasis Fisiologis
Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis
menekankan pentingnya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya
seseorang mendapat pelayanan medis. Keputusan petugas medis ini akan
mempengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya. Dengan keadaan
seperti ini demand terhadap pelayanan
kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi. Faktor-faktor ini dapat diwakilkan
dalam pola epidemiologi yang seharusnya diukur berdasarkan kebutuhan
masyarakat. Namun, data epidemiologi yang ada sebagian besar menggambarkan demand, bukan kebutuhan (needs).
2. Penilaian
Pribadi akan Status Kesehatan
Secara sosio-antropologis, penilaian
pribadi akan status kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya, dan
norma-norma sosial di masyarakat. Indonesia sebagai negara Timur sejak dahulu
telah mempunyai pengobatan alternatif dalam bentuk pelayanan dukun ataupun
tabib. Pelayanan ini sudah berumur ratusan tahun sehingga dapat dilihat demand terhadap pelayanan pengobatan
alternatif ada dalam masyarakat. Sebagai contoh, untuk berbagai masalah
kesehatan jiwa peranan dukun masih besar. Di samping itu, masalah persepsi
mengenai risiko sakit merupakan hal yang penting.
3. Variabel-Variabel
Ekonomi Tarif
Hubungan tarif dengan demand terhadap
pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif maka demand akan semakin rendah. Hubungan
negatif ini secara khusus terlihat pada keadaan pasien yang mempunyai pilihan.
Pada pelayanan rumah sakit, tingkat demand
pasien sangat dipengaruhi oleh keputusan dokter. Keputusan dari dokter mempengaruhi
length of stay, jenis pemeriksaan,
keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan medik lainnya. Pada keadaan yang
darurat, butuh penanganan pelayanan segera seperti kecelakaan yang jika tidak
segera ditangani maka pasien akan meninggal atau cacat seumur hidup, maka
faktor tarif mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik.
Masalah
tarif ini merupakan hal yang kontroversial. Pernyataan normatif di masyarakat
memang mengharapkan bahwa tarif rumah sakit harus rendah agar masyarakat miskin
mendapat akses. Akan tetapi tarif yang rendah dengan subsidi yang tidak cukup
dapat menyebabkan mutu pelayanan turun bagi orang miskin dan hal ini menjadi
masalah besar dalam manajemen rumah sakit.
4. Penghasilan
Masyarakat
Kenaikan penghasilan keluarga akan
meningkatkan demand untuk pelayanan
kesehatan yang sebagian besar merupakan barang normal. Akan tetapi, ada pula
sebagian pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, yaitu adanya
kenaikan penghasilan masyarakat justru menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini
terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota dan kabupaten. Ada pula
kecenderungan mereka yang berpenghasilan tinggi tidak menyukai pelayanan
kesehatan yang menghabiskan banyak waktu. Hal ini diantisipasi oleh rumah
saikit-rumah sakit yang menginginkan pasien dari golongan mampu untuk
mengasntisipasinya. Contohnya dengan menyediakan layanan rawat jalan dengan
perjanjian. Faktor penghasilan masyarakat dan selera mereka merupakan bagian
penting dalam analisis demand untuk
keperluan pemasaran rumah sakit.
5. Asuransi
Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Pada negara-negara maju, faktor asuransi
kesehatan menjadi penting dalam hal demand pelayanan kesehatan. sebagai contoh,
di Amerika Serikat masyarakat tidak membayar langsung ke pelayanan kesehatan,
tetapi melaui sistem asuransi kesehatan. di samping itu, dikenal pula program
pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan orang
tua. Program pemerintah ini sering disebut sebagai asuransi sosial. Adanya
asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap
pelayanan kesehatan. Dengan demikian, hubungan asuransi kesehatan dengan demand terhadap pelayanan kesehatan
bersifat positif. Asuransi kesehatan bersifat dapat mengurangi efek faktor
tarif yang menghambat orang-orang yang kurang mampu mendapatkan pelayanan
kesehatan. peningkatan demand ini
dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh
asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan kesehatan
sebanyak-banyaknya.
6. Jenis
Kelamin
Penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa demand terhadap
pelayanan kesehatan oleh wanita ternyata lebih tinggi dibanding dengan
laki-laki. Hasil ini sesuai dengan dua perkiraan. Pertama, wanita mempunyai
insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Kedua, karena
angka kerja wanita lebih rendah maka kesediaan meluangkan waktu untuk pelayanan
kesehatan lebih besar dibanding dengan laki-laki. Akan tetapi, pada kasus-kasus
yang bersifat darurat perbedaan antara wanita dan laki-laki tidaklah nyata.
7. Pendidikan
Seseorang dengan pendidikan tinggi
cenderung mempunyai demand yang lebih
tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan
status kesehatan, dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
Faktor-Faktor Lain
Berbagai faktor lain yang
mempengaruhi demand pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Pengiklanan
Iklan merupakan faktor yang sangat lazim
digunakan dala bisnis komoditas ekonomi untuk meningkatkan demand. Akan tetapi, sektor pelayanan kesehatan secara tradisional
dilarang karena bertentangan dengan etika dokter dan apabila akan diberikan
maka dalam bentuk informasi mengenai pelayanan rumah sakit. Pelayanan kesehatan
tradisional seperti para tabib, dukun, dan pengobatan alternatif sudah lazim
melakukan iklan di surat kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia
telah memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara peningkatan demand.
2. Tersedianya
Dokter dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tersedianya dokter dan fasilitas
pelayanan kesehatan merupakan faktor lain yang meningkatkan demand. Fuchs (1998) menyatakan bahwa
pada asumsi semua faktor lain tetap, kenaikan jumlah dokter spesialis bedah
sebesar 10% akan meningkatkan jumlah operasi sebesar 3%. Kehadiran dokter gigi
akan meningkatkan demand untuk
pelayanan kesehatan mulut. Keberadaan dokter spesialis THT akan meningkatkan demand untuk operasi tonsilektomi.
Kehadiran dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dengan peralatan
operasi akan meningkatkan demand
untuk pelayanan bedah caesar.
3. Inflasi
Efek inflasi terhadap demand terjadi
melalui perubahan-perubahan pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif
pendapatan keluarga, dan asuransi kesehatan. Faktor ini harus diperhatikan oleh
rumah sakit karena pada saat inflasi tinggi, ataupun pada resesi ekonomi,
demand terhadap pelayanan kesehatan akan dapat terpengaruh. Pada saat krisis
ekonomi di Indonesia, tercatat berbagai rumah sakit di Yogyakarta tidak
mengalami penurunan demand. Justru bangsal-bangsal VIP tidak menurun
penghuninya, bahkan menunjukkan kecenderungan naik. Salah satu dugaan adalah
pasien kaya yang bisa pergi ke Jakarta atau Singapura, mengubah perilakunya
untuk mencari penyembuhan pada rumah sakit di Yogyakarta. Ketika kasus SARS
merebak di Singapura, pengamatan menunjukkan bahwa BOR kelas VIP sebuah kota
besar di Indonesia ternyata meningkat. Ada kemungkinan penduduk Indonesia yang
demand mencari pengobatan biasa ke Singapura, kemudian mengubahnya ke Indonesia
akibat takut terkena SARS.
2.4 Elastisitas Pelayanan Kesehatan
Dalam
pengukuran perubahan antara dua momen, hal penting lain yang perlu dibahas
adalah unsur elastisitas. Elastisitas adalah ukuran derajat kepekaan jumlah
permintaan terhadap perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Beberapa
macam konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan yaitu elastisitas
harga dan elastisitas permintaan.
Elastisitas
harga
Bila
harga bangsal VIP dinaikan 50%, apakah para pengguna bangsal VIP akan turun
50%, 10%, ataukah turun 75% ? pertanyaan
ini sangat penting terutama bagi konsumen yang mempunyai anggaran terbatas.
Kemungkinan konsumen akan berpindah bangsal kelas I,II, atau menggunakan
bangsal VIP di rumah sakit lain yang tidak naik, cateris paribus. Perbandingan perubahan persentase ini menghasilkan
konsep elastisitas harga yang diukur dengan formal.
Pemakaian
tanda negatif (-) di depan perbandingan untuk menghindari hasil negatif karena
dengan hukum permintaan barang normal apabila
terjadi kenaikan harga maka akan terjadi penurunaan permintaan barang.
Bila
£h > 1 berarti bahwa permintaan elastis. Dalam hal ini persentase
penurunaan permintaan lebih besar dibandingkan
dengan persentase kenaikan harga dapat dinyatakan bahwa barang tersebut sangat
responsif terhadap kenaikan sehingga total pengeluaran untuk barang tersebut
menjadi turun.
Bila
£h < 1 berarti bahwa permintaan inelastis. Artinya jumlah yang
diminta tidak reponsif terhadap kenaikan harga persentase penurunan permintaan
lebih kecil dibandingkan dengan persentase kenaikan harga. Hasilnya konsumen
akan membelanjakan uangnya lebih banyak pada barang yang inelastis tersebut.
Bentuk tengah dari elastisitas adalah elastistitas tunggal (Unit elastic) ditunjukan oleh £h =
1. Arti elastis tunggal adalah persentase kenaikan harga adalah sama dengan
persentase penurunan permintaan.
Faktor-faktor
penentu elatisitas harga
Menurut
kantz and rosen 1998 beberapa faktor
yang menentukan elastisitas harga sebagai berikut:
1.
Adanya barang substitusi cenderung
mendorong barang lebih elastis. sebagai contoh orang menganggap rumah sakit
swasta sebagai substitusi yang dekat dengan rumah sakit pemerintah. Jika di
rumah sakit pemerintah lebih mahal dan kualitas pelayanannya yang kurang, maka
akan banyak konsumen yang beralih ke rumah sakit swasta, cateris paribus. Dengan demikian, elastis harga rumah sakit
pemerintah elastis.
2.
Elastisitas tergantung pada beberapa
besar bagian dari barang tersebut pada anggaran konsumen. Secara umum, semakin
kecil bagian (fraksi) dari pendapatan yang dipergunakan untuk membeli barang
tersebut, maka elastisitasnya cenderung semakin kecil, cateris paribus.
3.
Elatisitas harga tergantung pada waktu
pengambilan analisis. Waktu pengambilan nilai elastisitas sangat penting untuk
diperhatikan. Sebagai contoh satu minggu setelah kenaikan harga bangsal VIP
kemudian dilakukan pengukuran elastisitas. Hasilnya kan berbaeda jika dilakukan
pengukuran kembali setelah dua bulan pengukuran berikutnya. Kemungkinan
elatisitas akan semakin kurang setelah masyarakat terbiasa dengan harga baru.
Elastisitas
harga silang
Prinsip
elastisitas berlaku pula pada barang-banrang substistusi, dan barang-barang
yang bersifat komplementer. Elastisitas harga secara silang untuk permintaan y
terhadap perubahan barang harga z adalah
persentase perubahan permintaan barang x akibat perubahan persentase harga
barang y. secara umum dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Sebagai
catatan, tidak seperti elastis harga, dalam hal
ini tidak tanda negatif pada rumus £xy. Elastisitas harga silang dapt menjadi
positif atau negatif karena kan memberikan tanda mengenai jenis hubungan barang
X dan Y. jika X dan Y bersifat substitusi, kenaikan terhadap barang Y, maka
konsumsi barang X akan meningkat, sehingga £xy akan positif. Sedangkan apabila
X dan Y adalah komplemen maka £xy akan negatif. Untuk barang-barang yang tidak
berhubungan maka £xy akan 0.
Elastisitas
pendapatan
Penggunaan
kosep elatisitas dapat dipergunakan untuk menilai dampak perubahan pendapatan (income) seseorang terhadap konsumsi
suatu barang. Elastisitas pendapatan didefiniskan sebagai persentase
perubahanpermintaan terhadap suatu barang dalam hubungannya dengan perubahan
pendapatan (income) nyata konsumen.
Secara umum dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Seperti
elatisitas harga silang, elastisitas pendapatan dapat positif atau negatif.
Untuk barang normal, EI bertanda positif, dan untuk barang inferior EI bertanda
negatif. Barang-barang kebutuhan pokok biasanya mempunyai £I < 1,
sedangkan untuk barang-barng tidak pokok (barang-barang mewah) £I >
1. Barang-barang mewah mempunyai ciri menarik yaitu persentase kenaikan
pendapatan terkaitdengan persentase konsumsi barang tersebut dengan besaran
yang lebih besar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara
umum keadaan demand dan need pelayanan kesehatan dapat dilukiskan dalam suatu
konsep yang disebut fenomena gunung es. Konsep ini mengacu pada pengertian
bahwa demand yang benar seharusnya merupakan bagian dari need. Secara
konseptual, need akan pelayanan kesehatan dapat berwujud suatu gunung es yang
hanya sedikit puncaknya terlihat sebagai demand. “sedikit” tersebut bersifat
variatif. Di negara-negara maju mungkin puncak gunung es akan terlihat relatif
besar bila dibanding dengan negara-negara yang masih dalam keadaan miskin.
Pelayanan kesehatan tentunya berusaha agar batas air menjadi serendah mungkin.
Menurut Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981)
faktor-faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain:
kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis; penilaian pribadi akan status
kesehatannya; variabel-variabel ekonomi seperti tarif, ada tidaknya sistem
asuransi, dan penghasilan; variabel-variabel demografis dan organisasi. Di
samping faktor-faktor tersebut terdapat faktor lain misalnya, pengiklanan,
pengaruh jumlah dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengaruh inflasi.
Faktor-faktor ini satu sama lain saling terkait secara kompleks.
Dalam pengukuran perubahan antara dua momen, hal
penting lain yang perlu dibahas adalah unsur elastisitas. Elastisitas adalah
ukuran derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan salah satu faktor
yang mempengaruhinya. Beberapa macam konsep elastisitas yang
berhubungan dengan permintaan yaitu elastisitas
harga dan elastisitas permintaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Mills,
anna dan lucy Gilson. 1990. Ekonomi Kesehatan
Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Jakarta: Dian Rakyat.
Tjiptoherijanto,
Prijono. (1994). Ekonomi Kesehatan. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.
Trisnantoro,
Laksono. 2005. Memahami Penanggulangan
Ilmu Ekonomi dalam Menejemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
www.jpnn.com/read/2014/09/19/258730/Suami-Meninggal,-Istri-Terima-Rp-2,8-Miliar-dari-BPJS-TK- diunduh pada tanggal
24-september-2014 pukul 15.40.
https://id.scribd.com/doc/248127167/Need-Dan-Demand-Pelayanan-Kesehatan
https://firmansyahcrtujuhk.wixsite.com/mysite
BalasHapusSemoga bermanfaat
BalasHapus