MAKALAH
Dosen : Adisti A. Rumayar, SKM, M.Kes., MPH
Dosen : Adisti A. Rumayar, SKM, M.Kes., MPH
Topik
1. Ekonomi Kesehatan dan Pembangunan
2. Pembiayaan Pembangunan Kesehatan di Indonesia
3. Sistem Kesehatan Nasional Tentang Pembiayaan Kesehatan
Nama : Junianti Ahmad
NIM : 14111101017
Kelas : AKK
Semester : 5
Tugas : Ekonomi Kesehatan
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain yang membacanya.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain yang membacanya.
Terlepas dari semua
itu, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................................................2
Bab I : Pendahuluan...............................................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................3
1.2 Tujuan...................................................................................................................3
Bab II : Pembahasan...............................................................................................................
2.1 Kaitan Dasar Ekonomi Kesehatan Terhadap Pembangunan................................3
2.2 Kaitan Ekonomi Kesehatan Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Ekonomi..........................................................................................................4
2.3 Kaitan Pembangunan Ekonomi Terhadap Status Kesehatan................................5
2.4 Kaitan Status Kesehatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi............................... .6
2.5 Konsep Pembangunan Kesehatan Di Indonesia...................................................6
2.6 Pengertian Paradigma Sehat.................................................................................9
2.7 Perubahan Paradigma...........................................................................................9
2.8 Misi Pembangunan Kesehatan.............................................................................9
2.9 Strategi Pembangunan Kesehatan.......................................................................10
3.1 Pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN)...................................................10
3.2 Tujuan SKN........................................................................................................10
3.3 Subsistem Pembiayaan kesehatan.......................................................................10
Bab III : Penutup....................................................................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................................................12
Kaitan Dasar Ekonomi Kesehatan Terhadap Pembangunan
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan umumnya sudah menjadi tujuan utama dan merupakan hasil suatu pembangunan, namun peran investasi kesehatan dalam pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan masih kurang mendapat perhatian. Hubungan antara kesehatan, ekonomi, dan pembangunan dapat dilihat pada tingkat rumah tangga dan masyarakat. Sakit secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sumber daya rumah tangga, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, hilangnya waktu sekolah dan bekerja, serta kerugian akibat hilangnya aset berharga untuk pengobatan dan perawatan. Pembangunan itu sangat erat sekali hubungannya dengan kesehatan, yaitu seberapa besar anggaran yang ditujukan untuk kesehatan itu bisa memadai serta bagaimana anggaran tersebut bisa dialokasikan dengan tepat untuk pembangunan pelayanan kesehatan.
Kesehatan umumnya sudah menjadi tujuan utama dan merupakan hasil suatu pembangunan, namun peran investasi kesehatan dalam pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan masih kurang mendapat perhatian. Hubungan antara kesehatan, ekonomi, dan pembangunan dapat dilihat pada tingkat rumah tangga dan masyarakat. Sakit secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sumber daya rumah tangga, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, hilangnya waktu sekolah dan bekerja, serta kerugian akibat hilangnya aset berharga untuk pengobatan dan perawatan. Pembangunan itu sangat erat sekali hubungannya dengan kesehatan, yaitu seberapa besar anggaran yang ditujukan untuk kesehatan itu bisa memadai serta bagaimana anggaran tersebut bisa dialokasikan dengan tepat untuk pembangunan pelayanan kesehatan.
Terdapat korelasi yang kuat antara
tingkat kesehatan yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara
statistik diperkirakan bahwa setiap peningkatan 10% dari angka harapan hidup
(AHH) waktu lahir akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi minimal 0,3–0,4% per
tahun, jika faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap. Dengan demikian, perbedaan
tingkat pertumbuhan tahunan antara negara-negara maju yang mempunyai AHH tinggi
(77 tahun) dengan negara-negara sedang berkembang dengan AHH rendah (49 tahun)
adalah sekitar 1,6%, dan pengaruh ini akan terakumulasi terus menerus (data
WHO-SEAR, 2002).
Berdasarkan paparan di atas, kami
tertarik untuk membahas secara lebih dalam bagaimanakah kaitan antara ekonomi
kesehatan dengan pembangunan.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang hubungan ekonomi kesehatan dengan pembangunan, serta hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang hubungan ekonomi kesehatan dengan pembangunan, serta hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kaitan Dasar Ekonomi Kesehatan Terhadap Pembangunan
Sistem ekonomi kesehatan dapat diidentifikasi dalam berbagai komponen yaitu: pemerintah, masyarakat, pihak ketiga yang menjadi sumber pembiayaan seperti PT Askes Indonesia, JPKM; Penyedia pelayanan, termasuk industri obat dan tempat-tempat pendidikan tenaga kesehatan, dan sebagainya.
Sistem ekonomi kesehatan dapat diidentifikasi dalam berbagai komponen yaitu: pemerintah, masyarakat, pihak ketiga yang menjadi sumber pembiayaan seperti PT Askes Indonesia, JPKM; Penyedia pelayanan, termasuk industri obat dan tempat-tempat pendidikan tenaga kesehatan, dan sebagainya.
Pembangunan adalah sebagai suatu proses,
akan terkait dengan mekanisme sistem atau kinerja suatu sistem. Menurut
Eastonn, proses sistemik paling tidak terdiri atas tiga unsur: pertama adanya
input, yaitu bahan masukan konversi; kedua, adanya proses konversi, yaitu
wahana untuk mengolah bahan masukan; ketiga, adanya output, yaitu sebagai hasil
dari proses konversi yang dilaksanakan. Proses sistenik dari suatu sistem akan
saling terkait dengan subsistem dan sistem-sistem lainnya termasuk lingkungan
internasional.
Proses pembangunan sebagai proses
sistemik, pada akhirnya akan menghasilkan keluaran (output) pembangunan,
kualitas dari output pembangunan tergantung pada bahan masukan (input),
kualitas dari proses pembangunan yang dilaksanakan, serta seberapa besar
pengaruh lingkungan dan faktor-faktor alam lainnya. Bahan masukan pembangunan,
salah satunya adalah saumber daya manusia, yang dalam bentuk konkritnya adalah
manusia. Manusia dalam proses pembangunan mengandung beberapa pengertian, yaitu
manusia sebagai pelaksana pembangunan, manusia sebagai perencana pembangunan,
dan manusia sebagai sasaran dari proses pembangunan (as object).
Menurut H.L Blum (1974) derajat
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan medis dan keturunan. Yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan
adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan perilaku
masyarakat yang merugikan, baik masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang
disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dibidang
kesehatan, ekonomi maupun teknologi (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Pembangunan kesehatan bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial serta harapan
berumur panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut Winslow menetapkan suatu syarat
yang sangat penting, yaitu harus ada pengertian, bantuan dan partisipasi
masyarakat secara teratur dan terus menerus (Effendy, 1998).
Sedangkan tujuan dari pembangunan
nasional adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jika dalam pembangunan
nasional mencakup seluruh aspek nasional seperti kesehatan, pertanian,
keuangan, dan lain-lain, maka pembangunan harus berawal dari pembangunan aspek
nasional satu per satu. Pada hal ini yang kita khususkan adalah aspek kesehatan.
Bidang kesehatan merupakan salah satu aspek nasional yang penting dan harus
dibangun secara baik. Mejadi baiknya bidang kesehatan memiliki beberapa faktor
seperti ekonomi kesehatan, pelayanan, pelaku kesehatan, pembangunan kesehatan,
dan sebagainya.
2.2
Kaitan Ekonomi Kesehatan Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pembangunan
Ekonomi
Pada tingkat yang kecil (mikro) yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih energik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, di mana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual. Di Indonesia, tenaga kerja laki-laki yang menderita anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat.
Pada tingkat yang kecil (mikro) yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih energik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, di mana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual. Di Indonesia, tenaga kerja laki-laki yang menderita anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat.
Pada tingkat yang besar (makro),
penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting
untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi
jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya
tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan
penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan
gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris selama revolusi industri, Jepang
dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20, dan pembangunan di Eropa Selatan dan
Asia Timur pada permulaan tahun 1950-an dan tahun 1960-an.
Informasi yang paling mengagumkan adalah
penelusuran sejarah yang dilakukan oleh Prof. Robert Fogel, yang menyatakan
bahwa peningkatan ketersediaan jumlah kalori untuk bekerja, selama 200 tahun
yang lalu mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita
seperti terjadi di Prancis dan Inggris. Melalui peningkatan produktivitas
tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, Fogel memperkirakan bahwa
perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30% terhadap pertumbuhan
pendapatan per kapita di Inggris.
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan
bahwa negara-negara dengan kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah,
mengahadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan
jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan kesehatan dan
pendidikannya.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi
sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia sangatlah penting. Dalam
membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sangatlah penting
untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat pendapatan
tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu
memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai
peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia
harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya
di bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan
investasi akan meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Peranan kesehatan diantara berbagai
faktor pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan dalam skema di bawah ini. Dalam
skema tersebut dapat dilihat, pembangunan ekonomi di satu pihak, merupakan
fungsi dari kebijakan dan institusi (kebijakan ekonomi, pemerintahan yang baik,
dan penyediaan pelayanan publik), dan faktor masukan (sumber daya manusia,
teknologi, dan modal perusahaan) di lain pihak. Kesehatan mempunyai peranan
ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber daya manusia dan modal perusahaan
melalui berbagai mekanisme seperti digambarkan.
Kesehatan yang buruk akan memberikan
pengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini antara lain terjadi di
sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Beban berat yang diakibatkan oleh penyakit
dan pengaruh gandanya terhadap produktivitas, kependudukan, dan pendidikan
mempunyai peranan dalam kinerja ekonomi yang buruk dan kronis di negara-negara
Afrika. Studi terbaru yang dilakukan oleh Bloom dan Sachs, menemukan bahwa
lebih dari setengahnya dari keterbelakangan pertumbuhan di negara-negara Afrika
jika dibandingkan dengan dengan negara-negara di Asia Timur, secara statistik
dapat diterangkan oleh beban berat akibat penyakit, kependudukan, dan geografis
jika dibandingkan dengan variabel-variabel tradisional dari ekonomi makro dan
politik pemerintahan. Sebagai contoh, tingginya angka prevalensi penyakit
malaria menunjukkan hubungan yang erat dengan penurunan pertumbuhan ekonomi
sebesar 1% atau lebih setiap tahunnya.
2.3
Kaitan Pembangunan Ekonomi Terhadap Status Kesehatan
Irawan dan Romdiati (2000) mengemukakan bahwa krisis ekonomi yang dilihat dari menurunnya laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk miskin, melalui beberapa mekanisme yang kesemuanya menyebabkan penurunan drastis pada pendapatan dan daya beli dari mayoritas penduduk, khususnya golongan bawah. Menurunnya pendapatan secara negatif berdampak pada kualitas dan pola konsumsi rumah tangga. Dengan tingkat pendapatan yang sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling kurang dengan jumlah yang berkurang. Sementara di beberapa kasus, seperti yang ditemukan oleh Irawan (1998), penurunan tajam pada pendapatan telah menyebabkan banyak rumah tangga menjadi sangat nestapa karena mereka mengalami kesulitan untuk membeli makanan, penurunan ini umumnya mengakibatkan berubahnya pola pengeluaran konsumsi dengan proporsi lebih besar untuk kebutuhan makanan dibandingkan untuk kebutuhan bukan makanan, seperti untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Pada studi lainnya, Irawan (1999) juga menemukan bahwa mayoritas penduduk pedesaan cenderung merubah pola konsumsi makanan, baik kualitas maupun kuantitas, seperti dari nasi ke jagung atau umbi-umbian, dan dari sebanyak 3 kali ke 1 atau 2 kali makan sehari.
Irawan dan Romdiati (2000) mengemukakan bahwa krisis ekonomi yang dilihat dari menurunnya laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk miskin, melalui beberapa mekanisme yang kesemuanya menyebabkan penurunan drastis pada pendapatan dan daya beli dari mayoritas penduduk, khususnya golongan bawah. Menurunnya pendapatan secara negatif berdampak pada kualitas dan pola konsumsi rumah tangga. Dengan tingkat pendapatan yang sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling kurang dengan jumlah yang berkurang. Sementara di beberapa kasus, seperti yang ditemukan oleh Irawan (1998), penurunan tajam pada pendapatan telah menyebabkan banyak rumah tangga menjadi sangat nestapa karena mereka mengalami kesulitan untuk membeli makanan, penurunan ini umumnya mengakibatkan berubahnya pola pengeluaran konsumsi dengan proporsi lebih besar untuk kebutuhan makanan dibandingkan untuk kebutuhan bukan makanan, seperti untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Pada studi lainnya, Irawan (1999) juga menemukan bahwa mayoritas penduduk pedesaan cenderung merubah pola konsumsi makanan, baik kualitas maupun kuantitas, seperti dari nasi ke jagung atau umbi-umbian, dan dari sebanyak 3 kali ke 1 atau 2 kali makan sehari.
Adanya keterkaitan status gizi dan
pembangunan ekonomi juga dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan
dalam Soekirman, 2000. Dalam salah satu pidatonya dikatakan bahwa, “Gizi yang
baik dapat merubah kehidupan anak, meningkatkan pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental, melindungi kesehatannya dan meletakkan pondasi untuk masa
depan produktivitas anak”. Pernyataan ini memperkuat hasil riset para pakar
gizi dan kesehatan mengenai adanya kaitan antara pangan, gizi, kesehatan dan
pembangunan ekonomi. Terjadinya perbaikan ekonomi maka akan mengurangi
kemiskinan dan selanjutnya akan meningkatkan status gizi, kesehatan serta
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan produktivitas.
2.4
Kaitan Status Kesehatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Status kesehatan masyarakat sangat menentukan produktifitas seseorang. Keadaan sakit dapat membuat seseorang tidak mampu untuk bekerja, bahkan untuk melakukan pekerjaan yang ringan sekalipun. Ini dikarenakan kondisi kesehatan ynag tidak baik. Pada kondisi yang sehat jasmani, seseorang dapat melakukan pekerjaan yang optimal dan dapat melakukan pekerjaan yang berat sekalipun (relatif pada setiap orang), sebab orang yang sehat memiliki energi untuk bekerja.
Status kesehatan masyarakat sangat menentukan produktifitas seseorang. Keadaan sakit dapat membuat seseorang tidak mampu untuk bekerja, bahkan untuk melakukan pekerjaan yang ringan sekalipun. Ini dikarenakan kondisi kesehatan ynag tidak baik. Pada kondisi yang sehat jasmani, seseorang dapat melakukan pekerjaan yang optimal dan dapat melakukan pekerjaan yang berat sekalipun (relatif pada setiap orang), sebab orang yang sehat memiliki energi untuk bekerja.
Untuk apa seseorang bekerja? Orang yang
sehat akan bekerja (memiliki sebuah pekerjaan) untuk memenuhi kebutuhannya,
karena dengan bekerja ia akan mendapatkan upah/gaji sebagai haknya karena telah
melakukan kewajibannya. Jika upahnya mencukupi perekonomian keluarga, dapat
disimpulkan perekonomian berkembang dari baiknya perekonomian individu.
Perekonomian individu menjadi lebih baik
maka berdampak pada perekonomian tahap yang buruk menjadi baik (masyarakat
perekonomian rendah), akan berdampak ke atasnya (masyarakat perekonomian
menengah) menjadi baik pula, dan masyarakat perekonomian atas akan menjadi
lebih baik juga. Sebaliknya, proses ini dapat menjadi baik jika sesuai urutan
deskriptif seperti di atas, jika sebaliknya kita tidak dapat menebak. Misalnya
perekonomian masyarakat atas yang baik tidak dapat menjamin baiknya
perekonomian masyarakat menengah.
Jika
perekonomian individu menjadi baik, pertumbuhan ekonomi akan meningkat pula.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dilihat dari upah rata-rata terendah dari
masyarakat. Jika perekonomian individu menjadi baik, upah rata-rata individu
akan meningkat pula.
2.5 Konsep Pembangunan Kesehatan Di Indonesia
2.5 Konsep Pembangunan Kesehatan Di Indonesia
1. Tujuan Pembangunan Kesehatan Di Indonesia
Tujuan pembangunan kesehatan menuju
Indonesia sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesahatan masyarakat yang optimal
melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah
Republik Indonesia.
2. Paradigma Sehat
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembanguan
kesehatan yang memandang masalah kesehatan saling terkait dan mempengaruhi
banyak faktor yang bersifat lintas sektoral dengan upaya yang lebih diarahkan
pada peningkatan, pemeliharaan, serta perlindungan kesehatan, tidak hanya pada
upaya penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan.
3. Misi Dan Visi Indonesia Sehat 2015
a. VISI : Indonesia Sehat 2015
b. MISI :
1) Menggerakkan pembangunan
nasional berwawasan kesehatan.
2) Mendorong kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat
3) Memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
4) Memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
4. Ciri–Ciri Masyarakat Yang Sehat
a. Peningkatan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat
b. Mmengatasi masalah
kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan
c. Peningkatan upaya kesehatan
lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup
d. Peningkatan status gizi
masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat
e. Penurunan angka kesakitan dan
kematian dari berbagai sebab dan penyakit
5. Indikator Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Masyarakat
Menurut WHO beberapa indikator dari masyarakat sehat adalah :
Keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat, meliputi:
Keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat, meliputi:
1) Indikator komprehensif-
angka kematian kasar menurun
a) rasio angka
mortalitas proporsial rendah
b) umur harapan hidup
meningkat
2) indikator spesifik- angka
kematian ibu dan anak menurun
a) angka kematian karena
penyakit menular menurun
b. Indikator pelayanan
kesehatan
1) rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang
2) distribusi tenaga kesehatan merata
3) informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit,
fasilitas kesehatan lain, dsb.
4) Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehtan diantaranya rumah
sakit, puskesmas, rumah bersalin, dsb.
6. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Di Indonesia
a. Faktor lingkungan
1) kurangnya peran serta
masyarakat dalam mengatasi kesehatan (masalah-masalah kesehatan).
2) Kurangnya sebagian besar
rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan.
b. Factor perilaku dan Gaya
Hidup masyarakat Indonesia
1) masih banyak insiden
atau kebiasaan masyarakat yang selalu merugikan dan membahayakan kesehatan
mereka.
2) Adat istiadat yang
kurang atau bahkan tidak menunjang kesehatan.
c. Factor social ekonomi
1) tingkat
pendidikan masyarakat di Indonesia sebagian besar masih rendah.
2) Kurangnya
kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan. Budaya sadar sehat belum merata ke
sebagian penduduk Indonesia.
3) Tingkat
social ekonomi dalam hal ini penghasilan juga masih rendah dan memprihatinkan.
d. Factor
pelayanan kesehatan
1) Cakupan
pelayanan kesehatan belum menyeluruh dimana ada sebagian propinsi di indonsia
yang belum mendapat pelayanan kesehatan maksimal dan belum merata.
2) Upaya
pelayanan kesehatan sebagian masih beriorientasi pada upaya kuratif.
3) Sarana
dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.
7. Strategi Dan Program Pembangunan Kesehatan Di Indonesia
Strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Sehat tahun 2010
adalah sebagai berikut.
a. Pembangunan Nasional
Berwawasan Kesehatan
Semua kebijakan pembengunan nasional
yang sedang akan diselenggarakan harus memiliki wawasan kesehatan. Artinya
program pembangunan nasional harus memberikan konstribusi yang positif terhadap
kesehatan, setidak-tidaknya terdapat dua hal, di antaranya:
1) Pembentukan lingkungan
sehat;
2) Pembentukan perilaku
sehat;
Untuk terselenggarakannya pembangunan berwawasan kesehatan perlu
dilaksanakan kegiatan sosialisasi, orientasi, kampanye, dan pelatihan. Sehingga
semua pihak terkait memahami dan mampu melaksanakan pembangunan berwawwasan
Internasional.
b. Determinan yang berpengarah
dalan perencanaan tenaga kesehatan diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Perkembangan penduduk.
2) Pertumbuhan ekonomi.
3) Kebjaksanaan di bidang
kesehatan antara lain: upaya peningkatan kelas rumah sakit dan deregulasi
bidang rumah sakit upaya peninhkatan mutu unit-unit pelayanan kesehatan,
swadaya unit pelayanan kesehatan, serta pengembangan sector swasta (nasional
dan asing).
Dalam penentuan atau perencanaan
kebutuhan tenaga kesehatan didasarkan atas pertimbangan kombinasi dari tiga
prinsip, yaitu: memerhatikan rasio tenaga dengan penduduk; permintaan dan
kecenderungan epidemiologi di lapangan; serta determinan yang ada. Namun, untuk
negara Indonesia yang sangat beragam situasi dan kondisi daerahnya maka keadaan
geografi dan kepadatan penduduk merupakan factor determinan yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan tentang kesehatan disamping determinan yang
disebutkan di atas. Ciri daerah yang sangat bervariasi merupakan satu
permasalahan tersendiri dalam melakukan perencanaan tenaga kesehatan sehingga
kemungkinan tidak dapat diperoleh satu formula yang dapat digunakan untuk semua
wilayah Indonesia.
8. Program Kesehatan Unggulan Di Indonesia
Ditetapkan 10 program kesehatn, sebagai berikut :
a. Program kebijakan
kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hokum kesehatan
b. Program perbaikan gizi
c. Program pencegahan
penyakit menular
d. Program peningkatan
prilaku hidup sehat dan kesehatan mental
e. Program lingkungan
pemukiman, air dan udara sehat
f. Program kesehatan
keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
g. Program keselamatan dan
kesehatan kerja
h. Program anti tembakau,
alcohol, dan madat
i. Program pengawasan obat,
bahan berbahaya, makanan
j. Program pencegahan
kecelakaan lalu lintas
9. Agenda Millenium Deffelopment Goals (Mdgs)
Adapun kelima agenda tersebut adalah:
a. Agenda ke – 1 memberantas
kemiskinan dan kelaparan.
b. Agenda ke – 4 menurunkan
angka kematian anak.
c. Agenda ke – 5
meningkatkan kesehatan ibu
d. Agenda ke – 6 memerangi
HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya.
e. Agenda ke – 7
melestarikan lingkungan hidup
10. Indikator Keberhasilan Pembangunan Kesehatan Kia
1. Indikator Input : Dapat dilihat dari
kebijaksanaan manajemen ( Man, Money, Material, Method, dsb ).Struktur
organisasi serta kondisi keadaan masyarakat pada saat ini :
a. Komitmen
politik mengenai kesehatan bagi semua.
b. Alokasi sumber
daya, pembiayaan Kesehatan 5 % dari total pembayaan nasional dan pembiayaan
pembangunan daerah.
c. Penyebaran
Pendapatan
d. Angka melek huruf
orang dewasa.
e. Ketersediaan
sarana kesehatan, Penyebaran dan penggunaannya.
f. Tingkat
pertumbuhan penduduk
g. Penduduk yang ikut
JPKM
h. Kerangka
Organisasi dan proses manajerial.
2. Indikator Proses : Adanya kemajuan
dalam proses manajemen baik dalam perencanaan, organisasi, staffing,
koordinasi, pelaporan dan pembiayaan, misalnya :
a. Keterlibatan masyarakat dalam mencapai kesehatan bagi semua.
b. Tingkat desentralisasi pengambilan keputusan, pengembangan dan
penetapan suatu proses manajerial bagi pembangunan kesehatan nasional atau
pembangunan daerah.
c. Wanita hamil yang memeriksakan kehamilan
d. Penduduk yang tidak merokok dan tidak minum minuman keras.
3. Indikator Output : Misalnya :
Cakupan :
a. Cakupan pelayanan
kesehatan dasar.
b. Cakupan pelayanan
rujukan.
Status kesehatan ;
a. Status gizi dan
perkembangan Psikososial anak
b. Angka kematian bayi,
angka kematian anak, umur harapan hidup waktu lahir dan angka kematian ibu.
2.6 Pengertian Paradigma Sehat
1. Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan
kesehatan yang bersifat holistik
2. Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang
bersifat lintas sektor
3. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan,
4. Bukan hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan
2.7 Perubahan Paradigma
1. Paradigma sakit: upaya membuat orang sakit menjadi sehat
2. Paradigma sehat: upaya membuat orang sehat tetap sehat
3. Paradigma sehat mengutamakan : upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif
2.8 Misi Pembangunan Kesehatan
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan:
2. Berbagai sektor pembangunan harus memasukkan pertimbangan kesehatan
dalam semua kebijakan pembangunan-nya: Program pembangunan yang tidak
berkontribusi positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif
terhadap kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan.
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
4. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta: Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah,
tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan
mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai
5. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau.
6. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh
masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan oleh pemerintah,
swasta dan masyarakat .
7. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
8. Tugas utama sektor kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan
kesehatan segenap warganya: Oleh karena itu upaya kesehatan yang harus
diutamakan adalah yang bersifat promotif-preventif yang didukung oleh upaya
kuratif-rehabilitatif. Selain itu upaya penyehatan lingkungan juga harus diprioritaskan.
2.9 Strategi Pembangunan Kesehatan
1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
Semua kebijakan pembangunan nasional
yang sedang dan atau akan diselenggarakan harus berwawasan kesehatan,
setidak-tidaknya harus memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan
lingkungan dan perilaku sehat. Sedangkan pembangunan kesehatan harus dapat
mendorong pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, terutama melalui upaya
promotif-preventif yang didukung oleh upaya kuratif-rehabilitatif.
2. Profesionalisme
Pelayanan kesehatan yang bermutu perlu
didukung oleh penerapan pelbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
penerapan nilai-nilai moral dan etika. Untuk itu akan ditetapkan standar
kompetensi bagi tenaga kesehatan, pelatihan berdasar kompetensi, akreditasi dan
legislasi serta kegiatan peningkatan kuatitas lainnya
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
Untuk memantapkan kemandirian masyarakat
dalam hidup sehat perlu digalang peranserta masyarakat yang seluas-luasnya
termasuk dalam pembiayaan. JPKM pada dasarnya merupakan penataan sistem
pembiayaan kesehatan yang mempunyai peranan yang besar pula untuk mempercepat
pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
4. Desentralisasi
Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan,
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan
potensi spesifik masing-masing daerah. Untuk itu wewenang yang lebih besar
didelegasikan kepada daerah untuk mengatur sistem pemerintahan dan. rumah
tangga sendiri, termasuk di bidang kesehatan.
3.1 Pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
Adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagian perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 Pada hakikatnya. SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.
3.2
Tujuan SKN
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
3.3 Subsistem Pembiayaan kesehatan
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian,
dan pembelanjaan sumberdaya keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna,
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
c. Unsur – unsur Utama
Subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama, yakni
pengendalian dana, alokasi dana, dan pembelanjaan.
1. Penggalian
dana adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan
upaya kesehatan dan atau pemeliharaan kesehatan
2. Alokasi
dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah berhasil dihimpun,
baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat, maupun swasta
3. Pembelanjaan
adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan
belanja sesuai dengan peruntukannya dan atau dilakukan melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan wajib atau sukarela
d. Prinsip
1. Jumlah
dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya guna,
adil, dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan akuntabilitas
2. Dana
pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin
3. Dana
masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan yang
terorganisir, adil, berhasil guna dan berdaya guna melalui jaminan pemeliharaan
kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun
sukarela, yang dilaksanakan secara bertahap
4. Pemberdayaan
masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui penghimpunan secara
aktif dana sosial untuk kesehatan (misal : dana sehat) atau memanfaatkan dana
masyarakat yang telah terhimpun (misal : dana sosial keagamaan) untuk
kepentingan kesehatan.
e. Bentuk Pokok
1. Penggalian
dana
a) Pengendalian
dana untuk UKM
1. Sumber
dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah,
melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman, serta berbagai sumber
lainnya
2. Sumber
dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat.
3. Sumber
dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip public private
partnership yang didukung dengan pemberian insentif, misalnya
keringanan pajak untuk setiap dana yang disumbangkan
4. Sumber
dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri guna
membiayai upaya kesmas, misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan secara
pasif, yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana
yang sudah terkumpul di masyarakat, misalnya dana sosial keagamaan
b) Penggalian
dana untuk UKP
Sumber dana untuk UKP berasal
dari masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat
rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui
mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
2. Pengalokasian
Dana
a) Alokasi
dana dari pemerintah
Alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk UKM
dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan belanja, baik
pusat maupun daerah, sekurangkurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total anggaran
pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
b) Alokasi
dana dari masyarakat
1. Alokasi
dana yang berasal dari masyarakat untuk UKM dilaksanakan berdasarkan asas
gotong royong sesuai dengan kemampuan.
2. Sedangkan
untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan
wajib dan atau sukarela.
c) Pembelanjaan :
1. UKM
: Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public private partnership.
2. UKM
dan UKP : Pembiayaan dari Dana Sehat dan Dana Sosial.
3. Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Wajib : Pembelanjaan untuk pemeliharaan kesmas rentan
dan gakin. Untuk keluarga mampu melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Wajib
dan atau sukarela.
4. Dimasa
mendatang :biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap digunakan seluruhnya
untuk pembiayaan UKM dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan masyarakat rentan dan
gakin.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
http://vierazul.blogspot.co.id/2010/08/kaitan-dasar-ekonomi-kesehatan-terhadap.html
http://vierazul.blogspot.co.id/2010/08/kaitan-dasar-ekonomi-kesehatan-terhadap.html
Hudha, AM. 2010. Mewujudkan MDGs Pendidikan untuk Kemajuan
Pendidikan Masa Datang.: http://ejournal.umm.ac.id. (diakses pada 02
Juni 2013)
Iqbal Mubarak, Wahid and Chayatin, Nurul. 2008. Ilmu Kesehatan
Masyarakat: Teori dan Apikasi. Gresik : Salema Medika
Nurullah, Ahmad. 2012. Tantangan 2012 menuju MDGs. [On
line]. http: ///J: Pendidikan MDGs.htm. (diakses pada 02 juni
2013)
Setiawan, Benni. 2008. Agenda Pendidikan
Nasional. Jogjakarya: Ar-ruz Media Group.
http://psikstikma.blogspot.co.id/2014/01/pembangunan-kesehatan-di-indonesia.html
http://mastihartina.blogspot.co.id/2014/12/makalah-sistem-kesehatan-nasional.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar